kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Krisis? Tuntaskan dengan cara Margaret Thatcher


Kamis, 27 September 2012 / 14:28 WIB
Krisis? Tuntaskan dengan cara Margaret Thatcher
ILUSTRASI. Anak obesitas. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN


Reporter: Dyah Megasari |

SHANGHAI. Pemimpin berkarakter akan selalu dikenang meski sudah tak menjadi pejabat. Hal inilah yang terjadi pada Margaret Thatcher.

Meskipun Thatcher pernah melemparkan kata-kata "Saya benci Komunis", banyak akademisi atau kader komunis China yang mengidolakan perempuan dengan sebutan Baroness Thatcher itu.

Di Shanghai, salah satu sekolah politik paling elit China Executive Leadership Academy mengangkat Thatcher sebagai inspirasi bagi para calon pemimpin masa depan Republik Rakyat China.

Kata-kata perempuan yang juga mendapatkan julukan The Iron Lady itu digunakan untuk melatih para anggota senior Partai Komunis. Partai ini terlihat ingin menunjukkan sisi yang lebih kosmopolitan menjelang penyerahan kekuasaan per satu dekade.

Menanggapi dinamika krisis yang mulai merambah China, seorang dosen kampus yaitu Profesor Li Min berpendapat bahwa mantan Perdana Menteri Inggris itu adalah salah satu contoh unggulan untuk menata manajemen krisis.

Ia mengutip kata-kata yang dikaitkan dengan film Iron Lady: "Perhatikan pikiran Anda, karena mereka menjadi kata-kata. Perhatikan kata-kata Anda karena mereka menjadi tindakan. Perhatikan tindakan Anda, karena mereka menjadi kebiasaan. Perhatikan kebiasaan Anda, karena mereka menjadi karakter. Perhatikan karakter Anda, itulah yang menentukan takdir Anda. "

Meskipun tidak ada bukti bahwa Thatcher mengatakan kata-kata tersebut dalam kehidupan nyata, Li Min mengatakan China sangat mengagumi sosok Iron Lady.

"Kami memiliki sikap terbuka terhadap semua peradaban yang berguna bagi kita, dan kami belajar dari mereka," tambah Prof Jiang Haishan, kepala program internasional dari kampus yang sama. Termasuk dalam mengatasi masalah ekonomi negara seperti yang saat ini terjadi. Bisa disimpulkan, China memandang krisis ekonomi bisa berhenti dengan cara apa yang telah Thatcher lakukan.

Dogma Marxis-Thatcherisme

Feng Jun, wakil eksekutif presiden kampus, mengakui bahwa banyak orang di luar sekolah menilai para siswa didoktrin untuk menjadi pejabat yang memiliki dogma Marxis. Teori ini menganggap kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar.

Kondisi kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah minimum, sementara hasil pekerjaan mereka hanya dinikmati oleh kaum kapitalis.

"Hal itu bisa kami bantah. Tak ada cuci otak di sekolah ini. Yang ada adalah bertukar pikir dan mencari solusi atas masalah yang terjadi," jelasnya. Menurutnya, siswa diajarkan mencintai dan memperkuat sosialisme sebagai karakteristik China.

Kembali ke Thatcher, yang terkenal darinya adalah pandangan ekonomi yang kemudian dikenal dengan istilah Thatcherisme. Faham tersebut menekankan penghapusan peran negara dan menyerahkan urusan ekonomi sepenuhnya kepada mekanisme pasar dalam sektor keuangan, perburuhan, dan privatisasi seluruh perusahaan negara.

Popularitasnya sempat menurun namun kembali naik oleh sikap tegasnya ketika berhadapan dengan Argentina dalam Perang Falkland. Sebelum menjabat, wanita dengan nama lengkap Margaret Hilda Thatcher itu sudah dikenal sebagai Wanita Besi di media Uni Soviet karena menentang kebijakan komunisme.

Ia menjadi Perdana Menteri Britannia Raya selama periode 1979-1990, yang merupakan masa jabatan terpanjang di abad 20. Thatcher menjadi satu-satunya perempuan yang menduduki jabatan tersebut serta menjadi pemimpin sebuah partai politik besar di Britannia Raya.

Lalu, apakah China akan menyerap dogma Thatcherisme untuk mengatasi masalah ekonomi di masa datang?




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×