Sumber: Bloomberg | Editor: Uji Agung Santosa
SINGAPURA. Di saat industri penerbangan dunia terpuruk terkena krisis finansial global, Singapore Airlines Ltd. justru mencatatkan kinerja cemerlang. Maskapai yang mempunyai nilai pasar terbesar kedua di dunia ini mencetak lonjakan laba hingga enam kali lipat pada kuartal I-2010, seiring kenaikan jumlah penumpangnya.
Manajemen Singapore Airlines mengungkapkan, laba bersihnya hingga akhir Maret 2010 mencapai S$ 278 juta atau sekitar US$ 197 juta. Jumlah tersebut melonjak tajam jika dibandingkan laba bersih pada akhir tahun lalu, yang sebesar S$ 41,9 juta.
Sejatinya, pencapaian tersebut sudah diperkirakan para analis. Tiga analis yang disurvei Bloomberg memprediksi, keuntungan tertinggi Singapore Airlines pada kuartal pertama tahun ini bisa mencapai S$ 190 juta.
Dengan pencapaian tersebut, berarti dalam dua kuartal terakhir ini Singapura Airlines selalu meraup untung. Padahal, tahun lalu maskapai berkode SQ ini menderita kerugian untuk pertama kalinya dalam 20 tahun terakhir.
Keuntungan yang dipetik SQ pada awal tahun ini merupakan sinyal bahwa pemulihan ekonomi telah mengembalikan jumlah penumpang pesawat. "Kondisi bisnis transportasi udara mulai membaik. Saya optimistis kelas premium juga akan pulih," kata Steven Lim, pengelola Daiwa SB Investments di Singapura.
Kinerja SQ juga tertolong oleh penurunan biaya bahan bakar, yang merupakan pengeluaran tebesarnya. Pada kuartal I-2010, biaya bahan bakar SQ sebesar S$ 996,5 juta atau turun 23% dari kuartal sebelumnya. Kerugian dari upaya lindung nilai harga bahan bakar pun lebih kecil. Maklum, SQ membeli 20% kebutuhan bahan bakar dengan lindung nilai.