Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - TEL AVIV. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang telah menjabat sejak 2009, sepertinya akan segera kehilangan tahta setelah kubu oposisi menyiapkan koalisi besar untuk membentuk pemerintahan baru di Israel.
Pemimpin partai sayap kanan, New Right, Naftali Bennett pada hari Minggu (30/5) menyampaikan dukungannya kepada kubu oposisi untuk menggulingkan Netanyahu. Sebuah langkah yang disebutnya sebagai akhir dari era politik perdana menteri berusia 71 tahun tersebut.
Pengumuman Bennett tersebut akan memungkinkan ketua oposisi Yair Lapid untuk mengumpulkan koalisi partai-partai sayap kanan, sentris dan kiri untuk segera mengatur strategi politik untuk menghadapi kubu Netanyahu.
Partai Yesh Atid pimpinan Lapid kalah dari Partai Likud yang mendukung Netanyahu dalam pemungutan suara 23 Maret lalu. Dilansir dari Reuters, Lapid menuju tenggat waktu yang disampaikan presiden Israel untuk mengumumkan pemerintahan baru pada hari Rabu (2/6).
Baca Juga: Israel dan Hamas melakukan kejahatan perang? PBB akan menyelidikinya
Bennett yang merupakan mantan kepala pertahanan dan jutawan teknologi tinggi akan menjadi ujung tombak koalisi penggulingan Netanyahu.
"Saya mengumumkan hari ini bahwa saya bermaksud untuk bekerja dengan sekuat tenaga untuk membangun pemerintahan persatuan dengan ketua Yesh Atid, Yair Lapid," ungkap Bennett dalam pidatonya yang disiarkan melalui televisi nasional yang dikutip Reuters.
Israel telah mengadakan empat pemilihan sejak April 2019 yang berakhir tanpa pemenang yang jelas. Rangkaian pemilu ini membuat Netanyahu tetap menjabat sebagai kepala pemerintahan sementara.
Kubu koalisi secara umum memiliki misi yang sama, yakni mengakhiri 12 tahun masa jabatan Netanyahu, pemimpin terlama Israel, yang sekarang tengah diadili atas tuduhan korupsi.
Netanyahu mencoba melawan
Menanggapi pengumuman Bennett di televisi, Netanyahu menuduhnya melakukan penipuan, merujuk pada janji Bennett di masa lalu untuk tidak bergabung dengan Lapid.
Rencana Bennett untuk mendukung lebih banyak pembangunan permukiman di Tepi Barat juga diprediksi akan membuat Israel kehilangan dukungan dari luar.
Baca Juga: Israel dan Mesir bertemu dalam upaya memperkuat gencatan senjata Gaza
Netanyahu mengatakan koalisi semacam itu berbahaya bagi keamanan dan masa depan Israel.
"Apa yang akan dilakukannya untuk tindakan pencegahan Israel? Bagaimana kita akan memandang mata musuh kita? Apa yang akan mereka lakukan di Iran dan di Gaza? Apa yang akan mereka katakan di aula pemerintahan di Washington?," ungkap Netanyahu.
Netanyahu membuat tawaran balasan tiga arah pada hari Minggu untuk mendukung politisi sayap kanan lainnya, Gideon Saar.
Di bawah agenda itu, Saar direncanakan untuk menjabat sebagai perdana menteri selama 15 bulan, Netanyahu akan kembali menjadi perdana menteri untuk dua tahun, dan Bennett kemudian akan mengambil alih selama sisa masa pemerintahan.
Sayangnya, Saar yang merupakan mantan menteri kabinet dengan sigap menolak tawaran tersebut.
Nasib pemerintahan Israel akan bergantung pada pengumuman resmi dari Lapid yang memimpin oposisi pada hari Rabu mendatang. Jika pengumuman tidak terjadi, maka pemilu akan kembali digelar.