Sumber: Reuters | Editor: Dikky Setiawan
MELBOURNE. Rio Tinto Ltd/Plc, produsen tambang terbesar kedua di dunia, melaporkan penurunan laba bersih perusahaan sebesar 54% di semester pertama tahun ini, Kamis (20/8). Penurunan laba ini merupakan rekor terbesar akibat anjloknya harga dan permintaan aluminum.
Rio Tinto baru saja menyelesaikan utang-utangnya dengan penjualan aset dan penjualan saham senilai US$ 15,2 miliar. Manajemen perusahaan ini mengatakan akan tetap mewaspadai reli yang belakangan ini terjadi pada harga-harga logam.
Pada periode Januari-Juni 2009, laba perusahaan turun menjadi US$ 2,565 miliar dari US$ 5,526 miliar di tahun 2008. Sebenarnya penurunan laba Rio Tinto ini sesuai dengan ramalan para analis yang memperkirakan laba perseroan akan berkisar US$ 2,6 miliar di semester pertama tahun ini.
Laba bersih Rio Tinto anjlok antara lain gara-gara adanya penurunan nilai aset. Selain itu mereka juga harus membayar denda sebesar US$ 195 juta kepada Chinalco, perusahaan BUMN dari China, gara-gara Rio menolak kontrak perjanjian senilai US$ 19,5 miliar pada Juni lalu.
Sebaliknya, Rio malah menerbitkan right issue dan menjalin kerjasama untuk membangun pabrik bijih besi patungan dengan BHP Billiton, pesaing utama BUMN China tersebut.
Tantangan utama untuk Rio Tinto justru menyelesaikan perselisihan dengan perusahaan baja China dalam penentuan harga bijih besi. Hal ini semua dilakukan Rio di tengah tegangnya hubungan Rio dengan pemerintah China akibat penangkapan empat karyawan Rio di China atas dugaan penyuapan.