kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.095.000   21.000   1,01%
  • USD/IDR 16.495   -3,00   -0,02%
  • IDX 7.748   48,90   0,64%
  • KOMPAS100 1.084   7,66   0,71%
  • LQ45 795   12,72   1,63%
  • ISSI 264   -0,60   -0,23%
  • IDX30 412   5,94   1,46%
  • IDXHIDIV20 479   6,52   1,38%
  • IDX80 120   1,51   1,27%
  • IDXV30 131   2,38   1,84%
  • IDXQ30 133   1,53   1,16%

Laba Turun 37%, BHP Group Lirik Permintaan di China


Selasa, 22 Agustus 2023 / 14:46 WIB
Laba Turun 37%, BHP Group Lirik Permintaan di China
Rig pengeboran di tambang Area C, dekat Newman, Australia Barat. Laba Turun 37%, BHP Group Lirik Permintaan di China.


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan tambang asal Australia, BHP Group Ltd melihat pertumbuhan yang solid pada beberapa sektor di China, meski mencatatkan laba tahunan terlemah sejak tahun 2020.

Namun BHP Group menyebut masih terlalu dini untuk menilai dampak dari kebijakan yang dibuat pemerintah Beijing terhadap pasar perumahan di negara tersebut.

Dilansir dari Reuters, Selasa (22/8), CEO BHP Group Mike Henry mengatakan permintaan baja di China di luar sektor pembangunan perumahan baru seperti infrastruktur, infrastruktur hijau, otomotif dan properti tampak cukup kuat.

Baca Juga: Dewan Direksi BHP Group Merestui Rencana Penghapusan Pencatatan Saham Ganda

Meskipun demikian, BHP Group terus mengawasi langkah kebijakan pemerintah Beijing untuk mendukung pembangunan perumahan. Seperti diketahui, China tampak kehilangan tenaga sebab merosotnya bisnis properti.

Selain itu, belanja konsumen yang melemah dan anjloknya pertumbuhan kredit menjadi alasan tambahan bagi pemerintah China untuk mengeluarkan banyak kebijakan.

Meskipun pertumbuhan terkikis, BHP Group memprediksi China akan memproduksi lebih dari satu miliar metrik ton baja di tahun ini. Di sisi lain, permintaan negara-negara barat terpukul akibat kenaikan suku bunga.

BHP memperingatkan tekanan inflasi bakal berdampak pada bisnisnya di tahun 2024, di mana estimasi biaya pengeluaran dan penambangan akan berada di atas sebelum pandemi.

Baca Juga: Lewat Anak Usaha DSSA, Sinarmas Kembali Caplok Perusahaan Batubara di Austalia

BHP mengumumkan dividen final sebesar US$ 0,80 per saham, turun dari US$ 1,75 per saham di tahun lalu. Ini setara dengan rasio pembayaran 59% dan merupakan dividen terbesar ketiga dalam sejarah perusahaan.

BHP mencatat laba turun 37% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi US$ 13,42 miliar di Juni 2023, ini disebabkan lonjakan biaya dan tenaga kerja yang ketat di Australia sehingga menekan pendapatan.

Tahun lalu, harga biji besi sebagai komoditas penghasil pendapatan utama BHP, turun dari puncaknya dari US$ 165 menuju US$ 100 sebab rantai pasok yang kembali normal pasca pandemi Covid.

Belanja modal (Capex) dan eksplorasi BHP naik 16% sepanjang tahun menjadi US$ 7,1 miliar karena meningkatnya biaya sekitar 9%. BHP memperkirakan pengeluaran tersebut akan meningkat menjadi US$ 10 miliar dalam dua tahun ke depan.

Baca Juga: Ramai Aksi Merger dan Akuisisi Emiten di Awal 2022, Siapa Saja?

Biaya sebesar US$ 1 miliar per tahun akan dibelanjakan BHP untuk bisnis Oz Minerals yang baru saja diakuisisi, di mana perusahaan akan membelanjakan untuk pertumbuhan proyek abu batu bara yang bernama Jansen.

Jansen diperkirakan akan mulai berproduksi pada akhir tahun 2026, dan BHP telah membuat keputusan investasi untuk perluasan proyek tersebut paling cepat di tahun ini.

Inflasi juga diperkirakan akan meningkatkan harga komoditas, termasuk tembaga dan bijih besi, dengan harga yang diperdagangkan di kisaran US$ 80 sampai U$ 100 per ton. BHP memproduksi bijih besi di Australia Barat dengan harga $ 17,79 per ton.




TERBARU
Kontan Academy
BOOST YOUR DIGITAL STRATEGY: Maksimalkan AI & Google Ads untuk Bisnis Anda! Business Contract Drafting

[X]
×