kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Lebih dari separuh top unicorn di bidang artificial intelligence (AI) lahir di China


Senin, 11 Februari 2019 / 16:05 WIB
Lebih dari separuh top unicorn di bidang artificial intelligence (AI) lahir di China


Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - HONG KONG. China menjadi rumah bagi kebanyakan perusahaan rintisan artificial intelligence (AI) yang bernilai US$ 1 miliar atau lebih. Banyaknya unicorn yang lahir di China diketahui berdasarkan laporan perusahaan riset yang melacak aktivitas modal ventura, CB Insights. 

Seperti dilaporkan South China Morning Post, enam dari sebelas unicorn start-up top di bidang AI berasal dari China. Perusahaan rintisan SenseTime berada di posisi teratas dengan valuasi sebesar US$ 4,5 miliar.

Dua perusahaan pengenalan wajah China dalam daftar, SenseTime bersama star up Face ++, juga menerima pendanaan ekuitas paling banyak di antara semua perusahaan rintisan AI. Masing-masing mengumpulkan US$ 1,6 miliar dan US $ 608 juta. 

Unicorn top AI lainnya dari China di antaranya adalah Yitu Technology, 4Paradigm, dan perusahaan penggerak otonom Pony.ai dan Momenta.

Meningkatnya valuasi start up AI tak lepas dari pendanaan yang kuat di sektor ini dalam beberapa waktu ke belakang. Investasi global secara keseluruhan dalam start-up AI naik 1,5 kali menjadi US$ 10,7 miliar pada tahun 2017 dari US $ 4 miliar pada tahun sebelumnya.

Perusahaan rintisan AI China mengumpulkan US$ 4,9 miliar pada tahun 2017 mengalahkan kompetitor dari AS yang mendapatkan US $ 4,4 miliar.

China saat ini memang masih tertinggal dari Amerika Serikat soal mobil otonom. Meski belakangan kesenjangan antara keduanya kian sempit. 

Sementara itu China terus mengembangkan teknologi yang telah dijuluki revolusi industri keempat alias 4.0. Dalam cetak biru yang dibuat, Tiongkok ingin mengejar ketertinggalannya dalam teknologi dan aplikasi AI pada tahun 2020. Kemudian melakukan terobosan besar pada tahun 2025, dan menjadi pemimpin global di bidang ini pada tahun 2030.

Di sisi lain AS menjadi semakin waspada dengan ambisi China untuk memimpin dalam teknologi ini dan mengambil langkah-langkah untuk memeriksa ekspansi perusahaan seperti Huawei di sejumlah bidang seperti jaringan telekomunikasi generasi kelima (5G) yang akan mendukung peluncuran aplikasi ini.

Berdasarkan sejumlah penelitian, sejak 2014 China telah memimpin dalam jumlah pengajuan paten pertama di bidang AI, diikuti oleh AS di tempat kedua.

Pemerintah Cina telah memilih lima perusahaan untuk memelopori upaya penelitian nasional, termasuk raksasa pencarian Baidu yang berfokus kendaraan otonom, pemimpin e-commerce Alibaba Group yang bekerja di kota-kota pintar, dan media sosial dan pembangkit tenaga listrik. Sementara Tencent yang berspesialisasi dalam visi komputer untuk diagnosis medis.

Start up yang lebih kecil seperti iFlyTek ditunjuk sebagai pemimpin dalam kecerdasan suara sementara fokus SenseTime adalah pada visi cerdas.



TERBARU

[X]
×