kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Louis Vuitton, paling berkelas di kelas premium


Rabu, 21 Mei 2014 / 17:10 WIB
Louis Vuitton, paling berkelas di kelas premium
ILUSTRASI. Harga Saham GOTO Stagnan, BUMI Melemah di Perdagangan Bursa Rabu (28/12)


Sumber: Bloomberg | Editor: Sanny Cicilia

PARIS. Louis Vuitton dinobatkan sebagai brand fesyen paling berkelas di antara rivalnya. Nilai merek tas, ikat pinggang, dan aksesoris keluaran LVMH Moet Hennessy Louis Vuitton mencapai US$ 25,9 miliar, 14% lebih tinggi dibanding setahun lalu.

Penilaian ini dirilis oleh WWP Plc, perusahaan periklanan induk dari Millward Brown dalam riset BrandZ 2014. Dari riset perusahaan, belum ada yang menggeser popularitas LVMH selama sembilan tahun terakhir.

Posisi kedua brand fesyen premium ditempati perusahaan asal Prancis, Hermes. Merek ini dihitung memiliki nilai US$ 21,8 miliar, dengan kenaikan 14%.

Sedangkan nilai Gucci melompat 27% menjadi US$ 16,1 miliar. Merek yang berada di bawah bendera Kering SA ini menduduki posisi ketiga dalam daftar 10 nilai brand fesyen premium.

"Jika perusahaan kehilangan eksklusivitas, mereka kehilangan status mewah," kata Anastasia Kourovskaia, Vice President Optimor, milik Millward Brown. Menurut mereka, LVMH berhasil mempertahankan statusnya karena perusahaan ini berkelanjutan merilis produk mahal dengan stategi baru, logo yang lebih sedikit, serta memperketat jaringan penjualan.

Berada di posisi ke-4 hingga ke-9: Prada, produsen jam Rolex, produsen perhiasan mewah Cartier, label fesyen Chanel, lalu Burberry. Perusahaan asal Inggris Burberry mecatat kenaikan nilai tertinggi, yaitu 42% menjadi US$ 5,9 miliar.

Sedangkan merek Coach dan Fendi mengalami penurunan nilai, meski tetap berada di daftar 10 besar. Coach di posisi kesembilan, mengalamo penurunan nilai 4% menjadi US$ 3,1 miliar. Sedangkan Fendi merosot 17% menjadi US$ 3 miliar.

Penyebab penurunan Fendi begitu dalam, menurut Kourovskaia, lantaran kekurangan suntikan modal dari induknya, LVMH, sehingga tak bisa agresif di pasar premium.






TERBARU

[X]
×