Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Pemerintahan anyar Malaysia berkomitmen untuk memperbaiki hubungan perdagangannya dengan India terkait komoditas CPO (crude palm oil). Aksi bakal dilakukan setelah terpilihnya Perdana Menteri Malaysia yang baru yaitu Muhyiddin Yassin menggantikan Mahathir Mohammad.
Asal tahu, pada 8 Januari 2020 lalu India telah mengklasifikasikan CPO dan olein sebagai daftar impor terlarang. Ini merupakan respons dari pernyataan Mahathir yang mengkritik aksi pemerintah India atas tindakannya terhadap Muslim Kashir, dan terbitnya regulasi kewarganegaraan anyar.
Baca Juga: Berang, Mahathir: Muhyiddin bukan Perdana Menteri yang sah!
Akibat pernyataan tersebut, sepanjang Januari lalu ekspor CPO Malaysia ke India anjlok hingga 85% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 46.876 ton. Ini merupakan volume ekspor terendah sejak 2011.
Padahal, India merupakan pengimpor CPO terbesar yang menyumbang hampir seperempat dari total ekspor CPO Malaysia tahun lalu. India juga merupakan pembeli terbesar CPO dari Malaysia selama lima tahun terakhir.
India sejatinya juga tercatat sebagai importir CPO terbesar di dunia. Adapun Malaysia merupakan eksportir CPO terbesar kedua setelah Indonesia.
Baca Juga: Mahathir tersingkir, bagaimana nasib kaum non Muslim-Melayu di Malaysia?
Pembatasan produk CPO dan turunannya dari Malaysia ke India juga dilaporkan mulai mengganggu rantai pasok perdagangan minyak nabati global dimana Indonesia juga mulai mengalihkan pasokannya ke India. Sementara Malaysia juga mulai bergegas mengisi pasar yang ditinggalkan Indonesia.