kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45921,71   -13,81   -1.48%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Malaysia batal gugat Uni Eropa atas CPO, ini alasan utamanya


Jumat, 14 Februari 2020 / 07:40 WIB
Malaysia batal gugat Uni Eropa atas CPO, ini alasan utamanya
ILUSTRASI. Panen kelapa sawit. REUTERS/Lim Huey Teng


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Jumlah hutan di Malaysia tetap di atas 50%, kata pemerintah, dan hasil minyak kelapa sawit per hektar jauh melebihi minyak pesaing, seperti dari lobak atau kedelai.

Konsumsi minyak sawit oleh Uni Eropa dalam makanan terus menurun. Akan tetapi penggunaannya sebagai bahan bakar nabati meningkat. Tahun lalu, blok itu mengkonsumsi lebih dari 7 juta ton, di mana 65% di antaranya ditujukan untuk energi.

Baca Juga: Harga CPO rontok terkena imbas virus corona

Indonesia dan Malaysia, yang memproduksi lebih dari 85% minyak sawit dunia, dan UE berencana untuk membahas masalah ini bersama-sama. Kok mengatakan dia ingin diskusi itu dipercepat.

Malaysia percaya akan menemukan pasar baru.

Namun, pembeli minyak kelapa sawit terbesar di dunia, India, bulan lalu meminta importir untuk menghindari pembelian dari Malaysia setelah negara tersebut melakukan kritik terhadap tindakan India di Kashmir dan undang-undang kewarganegaraan baru.

Baca Juga: Korban virus corona melewati 1.000 orang, harga CPO terus menurun

Kalyana Sundram, CEO agensi pemasaran Dewan Kelapa Sawit Malaysia, mengatakan ketidaksepakatan itu akan diselesaikan, tetapi pasar juga akan memainkan peran, menarik pembeli India kembali setelah Maret.

Pasalnya, pembeli India harus mengeluarkan harga premium hingga US$ 20 per ton untuk minyak sawit Indonesia, mengingat pajak ekspor yang meningkat ketika harga mencapai ambang tertentu.

Baca Juga: Stok, produksi, dan ekspor CPO Malaysia turun, ini penyebabnya

"Itu tidak layak dalam jangka panjang mengingat jumlah yang mereka butuhkan," kata Sundram. Ini masalah waktu bagi orang India, menjadi pedagang yang cerdas, akan kembali dan mencari harga terbaik."




TERBARU

[X]
×