Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Pemerintah Malaysia berencana meluncurkan layanan kereta api kargo langsung antara Kuala Lumpur dan Bangkok pada tahun ini, dalam upaya memperkuat perdagangan bilateral dan regional.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Transportasi Malaysia Anthony Loke, seperti dikutip kantor berita negara Bernama pada Senin (5/5).
Baca Juga: Halal Tapi Mengandung Babi, Malaysia Tarik Jajanan Dari Indonesia, Cek Mereknya!
Loke mengungkapkan bahwa kabinet dan Perdana Menteri telah menyetujui proposal tersebut dan layanan kereta kargo lintas negara ini ditargetkan mulai beroperasi sebelum akhir tahun 2025.
“Jalur langsung Kuala Lumpur–Bangkok ini juga akan meningkatkan konektivitas ke negara-negara lain, termasuk Laos, China, dan Asia Tengah,” ujar Loke.
Namun, laporan tersebut belum merinci aspek teknis atau jadwal pelaksanaan proyek tersebut.
Hingga berita ini diturunkan, juru bicara Kementerian Transportasi Thailand belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar.
Malaysia sebelumnya telah menyatakan niat untuk memperluas proyek kereta api senilai US$10 miliar yang dipimpin oleh China hingga ke perbatasan dengan Thailand.
Baca Juga: Malaysia Tarik Produk RI Halal Mengandung Unsur Babi, Ini Mereknya
Jalur sepanjang 665 kilometer tersebut, yang menghubungkan pantai timur dan barat Malaysia, diperkirakan rampung pada akhir 2026.
China merupakan mitra dagang terbesar bagi Malaysia dan Thailand. Namun, meningkatnya proteksionisme dari Amerika Serikat turut mewarnai dinamika perdagangan regional.
Presiden AS Donald Trump telah memberlakukan tarif impor sebesar 145% terhadap produk dari China, sementara Malaysia dan Thailand masing-masing menghadapi bea masuk sebesar 24% dan 36%.
Baca Juga: Singkirkan AS dan Korea, Malaysia Masuk Daftar Elit Investor Asing di Indonesia
Dalam kunjungan resmi ke Bangkok pekan lalu, Loke juga mengumumkan rencana untuk menghidupkan kembali layanan kereta penumpang langsung antara Kuala Lumpur dan Bangkok guna mendongkrak pariwisata lintas negara.
Layanan ini akan memanfaatkan jalur rel yang sudah ada, dan operator kereta api kedua negara telah diberikan waktu tiga bulan untuk melakukan persiapan.