Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - Para ilmuwan di Meksiko mempelajari genom alpukat. Mereka menggunakannya untuk membuat strategi meningkatkan kualitas pertanian.
Sekarang kita mengetahui DNA dari guacamole, makanan Meksiko berbahan baku alpukat.
Para ilmuwan telah mengurutkan genom buah alpukat. Mereka menjelaskan asal usul buah ini dan membuat dasar strategi untuk memperbaiki pertanian di masa depan.
Untuk pertama kalinya, penelitian mengungkapkan bahwa alpukat hass mewarisi sekitar 61% DNA dari varietas alpukat meksiko dan 39% dari guatemala. Sekedar info, alpukat hass pertama kali ditanam pada tahun 1920.
Simon Malcomber, Direktur Program Divisi Biologi Lingkungan National Science Foundation mengatakan genom alpukat memberikan dua manfaat untuk para peneliti.
Baca Juga: Awas, kurang tidur mempengaruhi daya ingat orang lanjut usia
Pertama, genom alpukat dapat menjadi sumber penting untuk meningkatkan nilai pertanian tanaman ini. Kedua, genom ini dapat membantu para ilmuwan untuk memahami hubungan silsilah dalam keluarga alpukat yang meliputi daun salam, kayu manis, dan tanaman bunga.
Penelitian ini memberikan referensi penting untuk mempelajari fungsi dari gen alpukat. Gen tersebut digunakan untuk bahan rekayasa genetika yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman alpukat, meningkatkan resistensi penyakit dan menciptakan buah dengan rasa dan tekstur yang baru.
Menyunting data pasar dan konsumen Statista, pertumbuhan pasar global untuk alpukat mencapai US$ 13 miliar (2017). Meksiko tercatat sebagai negara yang memproduksi alpukat terbesar dengan nilai ekspor US$ 2,5 miliar.
Baca Juga: Dengan Machine Learning, Ilmuwan Mengidentifikasi Kelelawar Penyebar Virus Nipah
Para peneliti tidak hanya mengurutkan alpukat hass. Mereka juga melakukan hal yang sama untuk alpukat dari Meksiko, Guetamala, dan Hindia Barat. Sekedar info, ketiga daerah tersebut merupakan daerah asal alpukat yang memiliki susunan genetik yang berbeda.
Penelitian ini dipimpin oleh National Laboratory of Genomics for Biodiversity Mexico, Texas Tech University, dan University at Buffalo. Penelitian ini telah dipublikasikan dalam journal Proceedings of the National Academy of Sciences.
Sumber : National Science Foundation