Sumber: Business Insider | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mantan CEO Google, Eric Schmidt, kembali melontarkan pandangan kritis soal sistem kerja fleksibel. Menurutnya, bekerja dari rumah dapat menghambat pembelajaran, kolaborasi, sekaligus melemahkan daya saing di sektor teknologi.
Dalam pernyataannya di All-In Summit awal September, Schmidt menegaskan bahwa kerja jarak jauh tidak bisa sepenuhnya menggantikan pengalaman belajar langsung di kantor.
“Bayangkan seseorang berusia 20-an yang harus belajar bagaimana dunia bekerja. Saya banyak belajar di awal karier dari mendengarkan perdebatan rekan senior,” ujarnya dalam acara yang kemudian ditayangkan di podcast All-In.
Baca Juga: Eropa Buktikan Daya Saing Teknologi, DataSnipper Capai Status Unicorn
Schmidt menambahkan bahwa kerja fleksibel mungkin sesuai untuk birokrasi pemerintahan, tetapi berbeda dengan industri teknologi yang penuh kompetisi global. “Jika ingin berkecimpung di dunia teknologi dan ingin menang, Anda harus membuat kompromi,” katanya.
Mantan pucuk pimpinan Google selama satu dekade itu menyinggung persaingan ketat Amerika Serikat dengan China.
Ia menilai budaya kerja keras di Negeri Tirai Bambu, yang dikenal dengan sistem “996” (bekerja dari pukul 9 pagi hingga 9 malam, enam hari seminggu), tetap menjadi tantangan meski dinyatakan ilegal.
“Itulah pesaing Anda,” ujar Schmidt.
Komentar keras Schmidt sempat memicu kontroversi. Tahun lalu, ia menilai Google, yang kini bernama Alphabet, tertinggal dalam persaingan kecerdasan buatan (AI) karena terlalu menekankan keseimbangan kerja dan kehidupan.
Baca Juga: Produktivitas Nasional Rendah, Daya Saing Industri Tertekan
Ia bahkan menyebut startup seperti OpenAI dan Anthropic bisa lebih maju karena karyawannya “bekerja lebih keras.”
Namun, pernyataannya itu kemudian ditarik kembali. “Eric salah bicara dan menyesali ucapannya,” tulis juru bicara Schmidt dalam klarifikasi kepada Business Insider.
Schmidt bukan satu-satunya tokoh teknologi yang mengkritik kerja fleksibel. CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk, juga pernah menilai kebijakan kerja jarak jauh pegawai federal AS tidak adil.
Menurutnya, ketika sebagian besar pekerja harus hadir langsung untuk menghasilkan produk dan layanan, pegawai pemerintah tidak seharusnya bekerja dari rumah.
Baca Juga: Duh, Daya Saing Indonesia versi IMD WCR Turun 13 Peringkat
“Berpura-pura bekerja sambil menerima uang pembayar pajak tidak bisa diterima,” tulis Musk di platform X.
Kritik itu ditanggapi balik oleh serikat pekerja pemerintah federal. Randy Erwin, Presiden Federasi Nasional Pegawai Federal, menilai Musk tidak memahami realitas kerja birokrasi.
“Terus terang, saya rasa dia tidak peduli,” katanya.