Sumber: Fortune | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Klaus Kleinfeld, mantan CEO Alcoa dan Siemens, menolak gagasan tentang pemisahan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan.
Menurutnya, seseorang tetaplah satu pribadi utuh, meski menjalani berbagai peran dalam hidup.
Kini, Kleinfeld menghabiskan waktunya berinvestasi di perusahaan yang belum go public, membimbing para CEO, serta membantu anak-anak perempuannya menjalankan bisnis probiotik.
Latar belakangnya di industri farmasi membuatnya tetap dekat dengan dunia kesehatan, namun ia juga merasa perlu menulis buku untuk berbagi pengalaman nyata.
Baca Juga: Mantan CEO Binance 'CZ' Prediksi Harga Bitcoin bisa Tembus US$1 Juta
Buku tersebut berjudul Leading to Thrive, yang ia sebut ditulis “oleh praktisi untuk praktisi,” dengan tujuan memisahkan teori yang hanya terdengar bagus dari yang benar-benar berhasil diterapkan.
Berbeda dari kebanyakan buku CEO, Leading to Thrive tidak langsung membahas kepemimpinan, manajemen tim, atau hubungan dengan dewan direksi.
Bab-bab awal justru menekankan pada “permainan batin,” yaitu pentingnya energi, fokus, dan ketangguhan pribadi.
Kleinfeld mengaku pernah bersalah karena terlalu memaksa timnya bekerja hingga larut malam demi mewujudkan ide yang ia yakini.
Namun, keesokan harinya ide itu justru terbukti buruk, sementara timnya kelelahan dan tidak bisa berpikir jernih.
Dari pengalaman itu, ia belajar bahwa manajemen energi jauh lebih penting dibanding manajemen waktu.
“Karena itulah saya sangat menekankan bagaimana cara memperoleh dan menjaga energi,” ujarnya.
Baca Juga: Kualitas Hidup Lebih Penting Dari Sekadar Usia panjang
Formula yang ia gunakan terinspirasi dari pemikiran filsuf Romawi Seneca, biksu Buddha asal Vietnam, Friedrich Nietzsche, Dalai Lama, dan tokoh-tokoh lainnya.
Kleinfeld menegaskan bahwa pemisahan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan hanyalah konsep lama yang lahir dari era industrialisasi.
“Ya, Anda memainkan banyak peran, tapi pada akhirnya, Anda adalah satu pribadi. Gagasan bahwa saya punya kehidupan pribadi dan kehidupan bisnis—itu bukan cara dunia bekerja. Itu ide lama dari zaman industri, dan tidak akan bertahan di era pasca-industri,” katanya.
Bagi Kleinfeld, pada akhirnya yang penting adalah menjalani “satu kehidupan.”
Ia menyarankan setiap orang untuk merenungkan hal yang membuat mereka bersemangat dan memberi alasan untuk bangun di pagi hari.
Baca Juga: Pelajaran Sukses dari Jensen Huang, Karakter Lebih Penting dari Kecerdasan
Ia teringat pada riset Bronnie Ware, perawat paliatif asal Australia yang mendokumentasikan penyesalan terbesar orang menjelang akhir hidupnya. Salah satunya adalah, “Saya berharap saya mengizinkan diri saya untuk lebih bahagia.”
“Ini terdengar sederhana, tetapi menyimpan kebijaksanaan mendalam bahwa kebahagiaan adalah keputusan yang kita ambil,” ujar Kleinfeld.