CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.860   -72,00   -0,46%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

Manufaktur China Kembali Tertekan


Selasa, 03 Februari 2009 / 10:41 WIB
Manufaktur China Kembali Tertekan


Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

BEIJING. Sudah enam bulan hingga Januari, tingkat manufaktur di China mengalami kontraksi. Resesi global yang terjadi belakangan membuat perekonomian Asia terus mengalami tekanan. Alhasil, tingkat ekspor di kawasan regional pun semakin melorot.

Menurut data yang dirilis CLSA Asia Pacific Market hari ini, indeks CLSA China Purchasing Managers’ Index mengalami kenaikan menjadi 42,2 dari sebelumnya 41,2 pada bulan Desember.

Sebelumnya, Perdana Menteri China Wen Jiabao telah mengatakan akan menggelontorkan dana stimulus sebesar 4 triliun yuan atau US$ 585 miliar. Langkah ini diambil setelah pertumbuhan China mengalami perlambatan pada kuartal empat yang merupakan pertumbuhan paling lambat dalam tujuh tahun terakhir.

"Tingkat tekanan saat ini masih tetap harus dipertimbangkan. Hal ini merefleksikan adanya penurunan di pasar bursa dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global semakin tinggi," jelas Eric Fishwick, head of economic research CLSA di Hongkong.

Menurut CLSA, tingkat produksi di China pada bulan Januari mengalami peningkatan menjadi 39,7 pada bulan lalu dari sebelumnya yang berada di posisi 38,6.

Saat ini, China tengah mempertimbangkan untuk menerapkan sejumlah kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan. Wen juga kembali menegaskan, pemerintahannya akan terus mempertahankan kestabilan nilai yuan di tingkat yang stabil.

Asal tahu saja, para penentu kebijakan di China memang telah mematok peningkatan mata uangnya terhadap dolar sejak pertengahan Juli. Dan Menteri Keuangan AS Timothy Geithner pada bulan lalu bilang bahwa Presiden Barack Obama percaya bahwa China memanipulasi mata uangnya.

Kondisi serupa juga terjadi di Jepang. Tingkat produksi pabrik-pabrik di Negeri Sakura pada Desember lalu melorot ke rekor terendahnya. Sementara, hari ini, Korea Selatan juga melaporkan penurunan ekspor tertinggi di bulan Januari.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×