kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Mayoritas masyarakat Jepang tolak rencana Perdana Menteri Shinzo Abe di program ini


Senin, 20 Juli 2020 / 11:24 WIB
Mayoritas masyarakat Jepang tolak rencana Perdana Menteri Shinzo Abe di program ini
ILUSTRASI. Pemeluk agama Shinto tetap beraktivitas di kuil dan beribadah sesuai dengan protokol kesehatan.


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Mayoritas penduduk Jepang menentang rencana pemerintah untuk membuka kembali pariwisata domestik. Survei yang dilakukan surat kabar Asahi menyebutkan masyarakat masih khawatir akan ganasnya virus corona di Jepang.

Suvei yang terbit hari ini, Senin (20/7), menyoroti program pariwisata Perdana Menteri Shinzo Abe bertajuk "Go To". Dalam program ini pemerintah mengalokasikan subsidi senilai US$16 miliar untuk membantu pariwisata di daerah.

Dalam program "Go To" ini para pelancong diatur untuk bisa mendapatkan subsidi sebanyak 50% untuk mendorong perekonomian daerah yang bergantung pada sektor pariwisata.

Sayangnya, masyarakat khawatir dibukanya pariwisata ini justru membuat penyebaran virus ke wilayah pedesaan, yang memiliki sistem medis buruk, jadi lebih mudah.

Survei yang dilakukan via telepon oleh surat kabar Asahi ini menemukan 74% responden menentang program pariwisata Jepang tersebut.

Baca Juga: Peningkatan kasus Covid-19 di pangkalan militer AS di Okinawa picu kemarahan warga

Dalam survei serupa yang dilakukan Nikkei, sekitar 80% masyarakat juga merasa kalau keputusan tersebut masih terlalu cepat untuk dilakukan jika melihat terus melinjaknya kasus di berbagai daerah di Jepang.

Kantor berita NHK mengatakan lebih dari 500 kasus baru dilaporkan secara nasional pada hari Minggu (19/7) kemarin. Sebanyak 188 di antaranya berasal dari Tokyo.

Meskipun jumlahnya terus meningkat, tetapi pemerintah daerah maupun pusat tetap yakin bahwa Jepang belum ada di tahap darurat dan belum akan mengumumkan keadaan darurat.

Pada akhir Mei lalu pemerintahan Abe mengakhiri status darurat secara nasional. Sayangnya sejak saat itu jumlah kasus infeksi justru terus bertambah.

Pejabat kementerian kesehatan berdalih bahwa bertambahnya angka korban justru menunjukkan bahwa Jepang sudah berhasil melakukan upaya tes dengan lebih luas. Mereka berusaha meyakinkan bahwa sistem kesehatan sudah semakin baik dan siap.

Baca Juga: Corona di Jepang: Rekor baru di Tokyo, bertambah 280 kasus dalam sehari


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×