CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Media massa China serang Trump karena cuitannya


Rabu, 07 Desember 2016 / 09:58 WIB
Media massa China serang Trump karena cuitannya


Sumber: Antara | Editor: Yudho Winarto

MEDIA massa China menyerang Presiden terpilih Donald Trump karena menyampaikan pernyataan keras lewat Twitter mengenai hubungan Amerika Serikat dengan China, bahkan ada yang mengolok-olok Trump tengah memerintah negaranya lewat Twitter.

"Apakah China meminta pendapat kita bahwa enggak apa-apa mendevaluasikan mata uang mereka (dan) membangun kompleks militer besar-besaran di tengah Laut China Selatan?" Saya kira tidak! cuit Trump lewat Twitter Minggu malam waktu AS lalu.

Keesokan harinya, juru bicara kementerian luar negeri China Lu Kang menanggapi pernyataan Trump itu dengan mengatakan perdagangan China-AS adalah sama-sama menguntungkan dan kedua negara semestinya terus bekerja sama.

Tetapi pernyataan pejabat China itu, menurut NBC News, tidak sejalan dengan pernyataan media massa China sendiri.

The Global Times, surat kabar China, menulis, "Komentar sembarangan Trump terhadap sebuah negara besar menunjukkan ketidakberpengalamannya dalam diplomasi."

Pada jejaring sosial China Weibo, seorang pengguna menulis, "Satu-satunya cara yang bisa ditempuh Gedung Putih untuk berdamai suatu hari nanti adalah menghapus akun Twitter Donald Trump."

Seorang pengguna lainnya menulis, "Inilah alasan saya mendukung dia, (karena) dia jelas-jelas akan mempercepat resesi ekonomi di AS."

Kemudian seorang pengguna jejaring media sosial setara Twitter itu, menulis begini, "Dia menjalankan negara dengan Twitter."

Cuitan Trump itu sendiri disampaikan setelah muncul kritik terhadap pembicaraan telepon antara sang presiden terpilih dengan pemimpin Taiwan. Panggilan telepon itu ditafsirkan sebagai pengakuan kemerdekaan Taiwan.

Padahal selama berdekade-dekade, AS menerapkan kebijakan "Satu China" yang tidak mengakui Taiwan sebagai sebuah negara, sebaliknya mengikuti pandangan China bahwa Taiwan adalah provinsi yang memisahkan diri.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×