Sumber: New York Post | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para ilmuwan kembali mengeluarkan peringatan serius mengenai potensi “mega tsunami” yang dapat menyapu seluruh komunitas pesisir dengan gelombang raksasa. Ancaman ini terutama membayangi wilayah Alaska, Hawaii, dan Pantai Barat Amerika Serikat yang berada dekat dengan zona bencana geologis.
Studi terbaru yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences menyebutkan bahwa gempa bumi besar bisa terjadi di sepanjang zona subduksi Cascadia, yaitu patahan besar yang membentang dari Pulau Vancouver Utara hingga Cape Mendocino, California.
Zona Subduksi Cascadia: Sumber Gempa dan Tsunami Potensial
Peneliti dari Virginia Tech menemukan bahwa jika terjadi gempa bumi besar di zona ini, ditambah dengan kenaikan permukaan laut akibat perubahan iklim, maka potensi terbentuknya mega tsunami sangat tinggi. Dampaknya diprediksi akan paling parah di California Utara, Oregon bagian utara, dan Washington bagian selatan.
Zona subduksi Cascadia merupakan bagian dari Cincin Api Pasifik atau Ring of Fire—wilayah geologi aktif yang dikenal menghasilkan gempa bumi paling kuat di dunia serta sebagian besar aktivitas gunung berapi global.
Baca Juga: Ini Daftar Zona Megathrust di Indonesia, Ada Potensi Tsunami
Apa Itu Mega Tsunami?
Mega tsunami adalah gelombang laut raksasa yang disebabkan oleh perpindahan besar volume air laut. Perpindahan ini dapat dipicu oleh gempa bumi bawah laut, longsoran besar dari daratan ke laut, maupun letusan atau runtuhan gunung berapi.
Berbeda dari tsunami biasa, mega tsunami dapat mencapai ketinggian ratusan meter dan menghantam daratan dalam waktu sangat singkat, menimbulkan kehancuran masif dalam skala besar.
Alaska: Longsoran dan Es Mencair Meningkatkan Risiko
Alaska tetap menjadi kawasan yang sangat rawan terhadap longsoran besar karena kombinasi medan geografisnya yang curam, aktivitas seismik tinggi, dan pencairan gletser yang semakin cepat akibat pemanasan global.
Ketika gletser mencair, lereng-lereng gunung menjadi tidak stabil dan bebatuan besar bisa runtuh ke laut. Jika volume bebatuan yang jatuh sangat besar, ini bisa memicu perpindahan air laut yang ekstrem dan menghasilkan mega tsunami.
Hawaii: Sejarah Panjang Mega Tsunami Akibat Runtuhan Gunung Berapi
Pulau-pulau vulkanik di Hawaii memiliki sejarah panjang mega tsunami. Sekitar 105.000 tahun yang lalu, sebuah gelombang setinggi 1.000 kaki (lebih dari 300 meter) menghantam Pulau Lanai akibat runtuhan gunung berapi.
Baca Juga: Mengenang 20 Tahun Tsunami Aceh, Ini Penyebab dan Tanda-Tanda Tsunami
Gunung-gunung api di Hawaii tumbuh melalui lapisan lava yang menumpuk, menciptakan lereng yang tidak stabil. Ketika terjadi letusan atau gempa, lereng-lereng ini dapat runtuh ke laut dan memicu tsunami besar.
Saat ini, Mauna Loa dan Kilauea di Big Island masih aktif. Letusan terakhir Kilauea terjadi pada 16 Mei 2025. Aktivitas ini menambah kekhawatiran akan potensi bencana serupa di masa mendatang, terutama di sisi tenggara pulau yang merupakan lokasi dari gunung api yang lebih muda dan lebih aktif.
Gempa Besar Terakhir di Cascadia Terjadi Lebih dari 300 Tahun Lalu
Menurut para ahli, gempa besar terakhir dengan magnitudo lebih dari 8.0 di zona Cascadia terjadi pada 26 Januari 1700. Artinya, wilayah ini telah lama berada dalam fase akumulasi tekanan tanpa pelepasan besar, yang bisa mengindikasikan bahwa gempa besar berikutnya hanya tinggal menunggu waktu.
Profesor Dura dari tim peneliti menyatakan bahwa meskipun wilayah Cascadia tidak terlalu padat penduduk, banyak komunitas kecil berada di estuari dan sangat dekat dengan zona penurunan tanah akibat gempa. Hal ini membuat potensi dampaknya tetap besar.