kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melepaskan diri dari bayang-bayang Stanley Ho


Rabu, 11 Juni 2014 / 06:07 WIB
Melepaskan diri dari bayang-bayang Stanley Ho
ILUSTRASI. Saat ini kawasan industri Jababeka-Cikarang tergabung ke dalam grup Kawasan Industri Net Zero yang diprakarsai oleh World Economic Forum (WEF). KONTAN/Baihaki/13/11/2019


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Dessy Rosalina

Kendati terlahir dalam keluarga kaya raya, Lawrence Ho tidak meraih sukses dengan mudah. Lawrence merupakan putra tertua dari pebisnis judi legendaris asal Makau, Stanley Ho.Kekayaan berlimpah milik sang ayah tak serta-merta menjadikan Lawrence anak manja. Lawrence justru memulai bisnis dari nol dan memilih membangun kerajaan bisnis sendiri.

Lawrence tumbuh di tengah keluarga besar. Stanley mempunyai empat istri dan dikaruniai 17 anak. Lawrence menjadi anak laki-laki tertua setelah kakaknya, Robert Ho, meninggal dunia dalam kecelakaan mobil di Portugal pada tahun 1981.

Stanley mendidik Lawrence agar mandiri. Awal didikan sang ayah dimulai saat dia harus pergi belajar ke Toronto, Kanada di usia sembilan tahun. Lawrence mengenyam pendidikan di University of Toronto dan lulus tahun 1999.

Selepas lulus kuliah, Lawrence memilih bekerja sebagai karyawan. Karier pertamanya diawali di perusahaan sekuritas di Hong Kong. Selang beberapa tahun, Lawrence memberanikan diri merintis bisnis.

Di tahun 2001, Lawrence mengambil alih Melco International. Ini adalah perusahaan yang masih terafiliasi dengan bisnis Stanley. Namun, Melco merupakan yang menderita kerugian selama lebih dari empat tahun dan hanya memiliki 10 karyawan.

Dengan tangan dingin, Lawrence mengubah fokus bisnis Melco. Dari awalnya perusahaan perdagangan, Melco berbiak menjadi perusahaan di bidang resor dan kasino. Dalam tiga tahun, Lawrence berhasil membuat Melco meraih keuntungan dan memiliki 10.000 karyawan. Salah satu kunci keberhasilan Lawrence adalah memperkenalkan Melco sebagai produsen mesin judi.

Kala itu, mesin judi merupakan hal baru di Makau. Sebab kasino dan resor masih banyak menggunakan meja judi tradisional. Kemunculan mesin judi pun mentransformasikan potret bisnis judi di Makau. Sukses membesarkan Melco, Lawrence masih merasa tak puas. Pria berusia 37 tahun ini ingin melepaskan diri dari bayang-bayang kerajaan bisnis Stanley.

Lepas dari entitas bisnis sang ayah, Lawrence harus merogoh kocek lebih dalam untuk membangun bisnis kasino sendiri. Di sekitar tahun 2007, Lawrence bertemu dengan James Packer, pebisnis media asal Australia. Keduanya pun mendirikan Melco Crown Entertainment. Melco Crown merogoh kocek sebesar US$ 900 juta untuk membeli lisensi kasino di Makau.

Modal Melco Crown terbilang besar karena membeli lisensi sendiri alias tidak beroperasi di bawah sub-konsesi dari Stanley. Demi membuktikan diri sebagai pebisnis judi ulung, Lawrence getol ekspansi di luar Makau, tempat kekuasaan Stanley.

Pada tahun 2009, Lawrence mendaftarkan Melco di bursa Nasdaq, Amerika Serikat (AS). Langkah ini menandai ekspansi Melco ke kawasan Asia dan Eropa. Saat ini, bisnis Stanley dikendalikan sang kakak, Patsey Ho. 

Kerja keras Lawrence berbuah manis. Saat ini, kasino Melco Crown sukses menjadi penguasa pangsa pasar kasino VIP di Makau. Di pusat perjudian paling ramai di Asia ini, Melco Crown mendirikan City of Dreams, resor dan kasino mewah. City of Dreams mendapatkan pengakuan internasional dan disejajarkan dengan kasino beken Las Vegas Sands, Wynn, MGM dan SJM.

City of Dreams mengusung konsep yang berbeda dari kebanyakan resor dan kasino di Makau. City of Dream menyodorkan teknologi canggih, dan bernuansa urban. Mengutip Forbes, kekayaan pribadi Lawrence mencapai US$ 2,4 miliar atau orang terkaya ke-14 di Hong Kong.





TERBARU

[X]
×