Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tanggal 14 Agustus di Indonesia diperingati sebagai hari Pramuka (Praja Muda Karana), sebuah organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan.
Di Indonesia gerakan Pramuka didirikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX pada tanggal 14 Agustus 1961. Sasaran utama dari gerakan ini adalah untuk membentuk watak, akhlak, dan budi pekerti luhur melalui beragam kegiatan yang ada di dalamnya.
Secara global gerakan Pramuka disebut dengan Scouts (kepanduan). Gerakan ini dilaksanakan di banyak negara dan diikuti oleh pelajar di usia sekolah dasar sampai sekolah menengah atas. Tentunya dengan bimbingan dari pembina senior yang profesional.
Bicara mengenai gerakan kepanduan tentunya tidak bisa lepas dari sosok Robert Stephenson Smyth Baden-Powell, atau lebih dikenal sebagai Lord Baden-Powell, sang bapak Pramuka dunia.
Dikutip dari Scout.org, Baden-Powell lahir di Paddington, London, pada tanggal 22 Februari 1857. Ayahnya merupakan seorang profesor di Universitas Oxford yang cukup terpandang.
Baca Juga: Mengenal B-29 Superfortress, pesawat bomber yang meratakan Nagasaki 75 tahun lalu
Baden-Powell mulai menunjukkan minatnya di bidang kepanduan saat masuk militer. Pada tahun 1876, ia dikirim ke India sebagai seorang tentara muda dengan spesialisasi pengintaian, pembuatan peta, dan pemeriksaan.
Di sana ia diminta untuk melatih para tentara lainnya mengenai teknik-teknik bertahan hidup secara berkelompok, mulai dari membuat kompas, menyiapkan tempat berteduh, sampai membuat sandi khusus.
Sebagai seorang pemimpin satuan, Baden-Powell juga memberikan hadiah berupa lencana khusus bagi tim yang mampu melaksanakan tugas dengan baik. Lencana yang dibuat Baden-Powell ini sampai sekarang masih digunakan sebagai lambang gerakan Pramuka dunia.
Keahlian pengintaian Baden-Powell diuji saat ia bertugas di Afrika pada masa Perang Boer. Di medan tempur ini rupanya Baden-Powell dan para tentara muda didikannya mampu memberikan dampak positif bagi tentara Inggris.
Saat kembali ke Inggris pada tahun 1903, ia dianggap sebagai pahlawan berkat kemampuannya dalam hal mengintai serta menyusun strategi langsung di medan tempur.
Baca Juga: Hari ini, 75 tahun bom atom hunjam Nagasaki yang mengakhiri Perang Dunia II