Reporter: kompas.com | Editor: S.S. Kurniawan
Kamran Khan, yang bekerja sebagai spesialis penyakit menular di rumahsakit Toronto, Kanada, selama epidemi SARS pada 2003, memang terobsesi menemukan cara yang lebih baik untuk melacak penyakit.
Baca Juga: Susul Malaysia dan Filipina, Singapura setop visa untuk turis China
"Saya merasa sedikit deja vu sekarang. Di 2003, saya menyaksikan virus SARS membanjiri Kota Toronto dan melumpuhkan beberapa rumahsakit, bahkan ada banyak kelelahan mental dan fisik pada saat itu. Lalu saya berpikir hal itu jangan sampai terulang lagi," ujar Khan.
Setelah menguji beberapa program, Khan meluncurkan BlueDot pada 2014 dan mengumpulkan US$ 9,4 juta untuk modal.
Kini, BlueDot memiliki 40 karyawan yang terdiri dari dokter dan programmer yang bertugas untuk merancang program analitik untuk pengawasan penyakit.
BlueDot menggunakan pemrosesan bahasa dan teknik pembelajaran mesin untuk menyaring laporan berita dalam 65 bahasa, bersama dengan data maskapai dan laporan wabah penyakit hewan.
Baca Juga: WHO: Soal virus corona, negara lain tak perlu evakuasi warganya dari China
Setelah penyaringan data selesai, lalu dilanjutkan dengan analisis oleh para ahli secara manual. Menurut Khan, para ahli epidemiologi akan memeriksa, apakah kesimpulan data itu masuk akal dari sudut pandang ilmiah atau tidak.
Setelah dianggap masuk akal dari sudut pandang ilmiah, laporan BlueDot kemudian dikirim ke pejabat kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat (AS) dan Kanada, maskapai, serta rumahsakit.
Namun, kini BlueDot tidak menjual data mereka kepada masyarakat umum. Mereka juga berhasil memprediksikan lokasi wabah Zika di Florida Selatan dalam publikasi di jurnal medis Inggris, The Lancet.
Penulis: Conney Stephanie
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Startup Inilah yang Pertama Kali Mendeteksi Penyebaran Virus Corona"