Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Pemerintah Rusia mengatakan, pihaknya akan melanjutkan intervensi mata uang asing dengan penjualan yuan mulai Jumat (13/2/2023). Hal ini menggarisbawahi semakin pentingnya mata uang China dalam upaya Moskow untuk memastikan stabilitas ekonomi di tengah pemberlakuan sanksi Barat.
Reuters memberitakan, setelah Barat memberlakukan sanksi paling berat dalam sejarah modern atas perang di Ukraina, ekonomi Rusia telah menunjukkan ketahanan yang luar biasa. Namun, produsen sumber daya alam terbesar di dunia itu kini semakin beralih ke China.
Sebagai bukti, hubungan antara Rusia dan China semakin erat. Misalnya saja, pelajar China berbondong-bondong menuntut ilmu ke sejumlah universitas Rusia, bahasa Mandarin menghiasi tanda-tanda di tempat-tempat wisata Moskow bersama bahasa Inggris dan Rusia, dan Presiden Vladimir Putin telah menggembar-gemborkan kemitraan "tanpa batas" dengan Presiden Xi Jinping.
Kementerian Keuangan Rusia, yang bersama dengan bank sentral memimpin respons ekonomi Moskow terhadap sanksi tersebut, mengatakan akan menjual 54,5 miliar rubel (US$ 798 juta) dalam mata uang asing mulai 13 Januari di tengah pendapatan minyak dan gas yang menurun.
Baca Juga: Pelonggaran Impor China Dari Australia Bikin Emiten Batubara Merana
"Untuk meningkatkan stabilitas dan prediktabilitas kondisi ekonomi domestik, serta untuk mengurangi dampak kondisi pasar energi yang tidak stabil terhadap ekonomi Rusia dan keuangan publik, Kementerian Keuangan akan melanjutkan operasi pembelian/penjualan aset likuid," kata Kementerian Keuangan Rusia.
Bank sentral Rusia mengatakan akan melakukan transaksi valas di pasar yuan dari Moscow Exchange untuk penyelesaian hari ini.
"Untuk meminimalkan dampak operasi ini terhadap dinamika nilai tukar, Bank Rusia akan membeli (menjual) mata uang asing di pasar secara merata selama setiap hari perdagangan dalam sebulan," kata bank tersebut.
Informasi saja, anggaran 2023 Rusia didasarkan pada harga campuran minyak Ural yang berada di kisaran US$ 70,1 per barel, meskipun harga campuran utama Rusia saat ini diperdagangkan di bawah US$ 50 per barel.
Baca Juga: Rusia Kirim Lebih Banyak Minyak ke China dan India dengan Diskon Besar
Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), PDB nominal Rusia kemungkinan akan menjadi US$ 2,14 triliun tahun ini, yang merupakan level tertinggi sejak 2013.
Di Rusia, yuan China atau renminbi, telah menjadi pemain utama di Moskow sejak pengenaan sanksi Barat. Padahal, setelah runtuhnya Uni Soviet pada 1991, dolar AS menjadi raja selama bertahun-tahun.