Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Moskow kembali memperkuat posisinya sebagai salah satu pusat pariwisata bisnis global dengan menjadi tuan rumah Meet Global MICE Congress (MGMC) 2025, yang berlangsung pada 17-18 Desember 2025. MGMC 2025 merupakan ajang MICE internasional terbesar yang mempertemukan pelaku industri dari 35 negara BRICS dan Global South.
Kongres ini dihadiri lebih dari 2.500 peserta, menghadirkan lebih dari 130 exhibitor, serta 200 hosted buyers yang membuka ruang pertemuan langsung antara penyedia layanan dan pengambil keputusan utama.
Diselenggarakan untuk ketiga kalinya, MGMC 2025 mengusung tema “Unity Through Open Diversity: New Opportunities for the MICE Industry”, yang menekankan pentingnya kolaborasi lintas kawasan di tengah perubahan geopolitik dan ekonomi global. Tema ini sekaligus mencerminkan strategi Moskow dalam memosisikan diri sebagai hub MICE alternatif di luar pasar tradisional Eropa Barat.
Pemerintah Kota Moskow secara aktif mendukung pengembangan pariwisata bisnis. Menurut Evgeny Kozlov, Chairman, Moscow City Tourism Committee, sepanjang 2024, satu dari lima wisatawan datang ke Moskow untuk keperluan bisnis. Jumlah perjalanan bisnis bahkan meningkat 1,4 juta perjalanan dibanding tahun sebelumnya.
Kota ini menawarkan lebih dari 2.200 hotel, hampir 23.000 gerai kuliner, serta sistem perencanaan perjalanan digital terpadu melalui RUSSPASS, yang memungkinkan peserta merancang agenda bisnis dan wisata hanya dalam beberapa klik.
Baca Juga: Moskow Tancap Gas Garap Pariwisata Bisnis Lewat Meet Global MICE Congress 2025
Yang membedakan Moskow, menurut banyak peserta MGMC, adalah keberanian menawarkan venue non-konvensional untuk acara bisnis, mulai dari Skolkovo Technopark, Lomonosov Cluster, Zaryadye Park, Ostankino TV Tower, hingga State Historical Museum dan Khudozhestvenny Cinema. Pendekatan ini mempertegas peran pemerintah kota sebagai fasilitator utama industri MICE.
Indonesia: Peluang Besar, Tapi Masih Tahap Awal
Di tengah geliat global tersebut, Indonesia mulai menempatkan diri sebagai pemain potensial, terutama setelah bergabung dalam blok BRICS. Namun, menurut Pimpinan Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (Asperapi) Hosea Andreas Runkat, posisi Indonesia saat ini masih berada pada fase awal pengembangan.
“Masuknya Indonesia ke BRICS memberikan kemudahan akses. Tapi jangan dilihat hanya dari sisi politik atau ekonomi. Jalur ini bisa kita manfaatkan untuk mempererat kerja sama pariwisata, khususnya MICE,” ujar Hosea kepada KONTAN saat ditemui di sela-sela MGMC 2025.
Ia menilai Indonesia sebenarnya sudah kuat di sektor leisure tourism, dengan jumlah wisatawan yang besar. Namun, untuk Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions (MICE), Indonesia masih dalam tahap “membuka jalan”.
“Kalau bicara MICE, ini masih kecil. Jadi saya belum bicara target. Fokusnya sekarang awareness dulu, engagement dulu,” kata Hosea, yang juga menjabat sebagai GM Sales & Marketing Jiexpo Convention Centre and Theatre.
Hosea mencatat bahwa ketertarikan Rusia terhadap Indonesia mulai bergeser. Jika sebelumnya lebih banyak didorong oleh wisata leisure, dalam dua hingga tiga tahun terakhir Rusia mulai aktif menjajaki konferensi dan pameran bisnis. Beberapa event bahkan sudah digelar di Jakarta, meski masih terbatas dan umumnya difasilitasi oleh mitra lokal serta dukungan kedutaan.
Baca Juga: Lampu Natal, Infrastruktur Kelas Dunia, dan Ambisi MICE Moskow
“Pesertanya itu pebisnis Rusia, jadi wajar kalau event-nya ke Jakarta. Bali lebih ke leisure, sementara MICE itu pusatnya tetap Jakarta,” jelasnya.
Hambatan Struktural: Visa dan Minimnya Dukungan Pemerintah
Meski peluang terbuka, Hosea menegaskan bahwa tantangan terbesar Indonesia saat ini adalah isu imigrasi dan visa. Menurutnya, kebijakan visa masih menjadi bottleneck utama dalam menarik pelaku MICE internasional, termasuk dari Rusia.
“Visa Rusia itu sangat sulit. Sekarang memang ada e-visa, tapi untuk bisnis masih banyak kendala. Pertanyaannya, siapa yang mau jadi guarantor?” katanya.
Ia menilai Indonesia sebenarnya berada pada posisi geopolitik yang relatif netral di tengah konflik global. Posisi ini justru bisa menjadi peluang strategis untuk menarik pasar yang sebelumnya berorientasi ke Eropa.
“Justru ini chance besar. Mereka yang tadinya ke Eropa, sekarang ke Asia. Dan Asia itu luas. China kuat, tapi tidak ada salahnya Indonesia ikut ambil,” ujarnya.
Namun, peluang tersebut dinilai tidak akan maksimal tanpa dukungan konkret pemerintah. Jose menyoroti minimnya keterlibatan negara dalam promosi, insentif, dan penyediaan infrastruktur MICE.
“Hampir semua venue di Indonesia dibangun swasta. Di luar negeri, banyak yang dibangun pemerintah. Ini bedanya,” katanya.
Kolaborasi Negara–Industri Jadi Kunci
Hosea menekankan bahwa keberhasilan industri MICE di berbagai negara tidak lepas dari kolaborasi erat antara pemerintah dan pelaku usaha. Tanpa hal itu, target ambisius, termasuk masuk jajaran teratas industri MICE global pada 2030, akan sulit tercapai.
“Kalau government tidak turun total, industri juga tidak bisa jalan sendiri. Target tidak akan pernah nyampe kalau kerjanya sendiri-sendiri,” tegasnya.
Ia mencontohkan dukungan promosi sebagai kebutuhan paling mendasar. Biaya promosi internasional, menurutnya, terlalu besar jika sepenuhnya dibebankan kepada swasta. Di banyak negara, promosi MICE justru menjadi bagian dari strategi nasional pariwisata.
Tonton: Sembilan Desa di Sumatera Hilang Diterjang Banjir dan Kini Menjadi Sungai
“Kadang industri sudah minta A, tapi pemerintah kasih B. Sama-sama nasi, tapi yang satu nasi Padang, yang satu bukan,” ujarnya, menggambarkan ketidaksinkronan kebijakan.
Ke depan, Hosea berharap kerja sama Indonesia–Rusia dapat diperkuat melalui jalur sister city, pertukaran delegasi bisnis, joint bidding, hingga saling menjadi tuan rumah acara. Ia bahkan membuka kemungkinan membawa delegasi Indonesia dan membuka paviliun di MGMC edisi mendatang, serta mengundang mitra Rusia ke pameran dan forum bisnis di Indonesia.
“Awareness dulu. Saling kenal, saling ngerti, saling butuh. Setelah itu baru bicara proyek,” katanya.













