Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Microsoft dalam laporan keamanan terbarunya hari Rabu (15/3) mengungkap adanya tanda-tanda upaya serangan siber baru yang dilakukan hacker Rusia terhadap Ukraina.
Laporan tersebut menguraikan serangkaian penemuan baru tentang bagaimana peretas Rusia beroperasi selama konflik Ukraina dan apa yang mungkin terjadi selanjutnya, termasuk ancaman penyebaran ransomware ke organisasi yang melayani jalur pasokan Ukraina.
"Sejak Januari 2023, Microsoft telah mengamati aktivitas ancaman dunia maya Rusia yang disesuaikan untuk meningkatkan kapasitas destruktif dan pengumpulan intelijen di Ukraina serta aset sipil dan militer mitranya," ungkap Microsoft, seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Russophobia Disebut Jadi Alasan Rusia & Ukraina Tidak Mungkin Berdamai
Microsoft juga menyebut ada satu kelompok yang saat ini sedang bersiap untuk operasi destruktif baru.
Satu tim lagi yang menjadi target pengawasan adalah Sandworm, sebuah tim peretas Rusia yang sangat canggih. Sandworm disebut sedang menguji kemampuan ransomware tambahan yang dapat digunakan dalam serangan destruktif terhadap organisasi di luar Ukraina yang melayani fungsi utama di jalur pasokan Ukraina
"Perkembangan ini telah dicocokkan dengan berkembangnya operasi siber Rusia yang lebih tersembunyi, yang dirancang untuk secara langsung mengkompromikan organisasi di negara-negara yang bersekutu dengan Ukraina," ungkap Microsoft.
Clint Watts, manajer umum pusat analisis ancaman digital Microsoft, mengakui bahwa para peretas Rusia telah mencari akses ke pemerintah dan organisasi komersial yang terlibat dalam upaya mendukung Ukraina.
Baca Juga: Impor Senjata Eropa Berlipat Ganda pada 2022, Mayoritas Menuju Ukraina
Serangan ransomware biasanya melibatkan peretas yang menembus sistem digital suatu organisasi, kemudian mengenkripsi data mereka dan memeras mereka untuk pembayaran guna mendapatkan kembali akses.
Dalam sejarahnya, ransomware juga telah digunakan sebagai kedok untuk aktivitas dunia maya yang lebih berbahaya, termasuk yang disebut wiper yang hanya menghancurkan data.
Sejak Januari lalu Microsoft mengaku telah menemukan setidaknya sembilan wiper berbeda dan dua jenis varian ransomware yang digunakan terhadap lebih dari 100 organisasi Ukraina.