Sumber: The Straits Times | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - STOCKHOLM. Lembaga Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) pada hari Senin (13/3) merilis laporan baru yang menunjukkan adanya peningkatan impor senjata di Eropa di tahun 2022. Peningkatan ini didorong oleh pengiriman besar-besaran ke Ukraina.
Laporan terbaru SIPRI sekaligus menempatkan Ukraina sebagai importir senjata terbesar ketiga di dunia.
Di tahun 2022 terjadi lonjakan hingga 93% dibandingkan tahun sebelumnya. Impor juga meningkat karena percepatan belanja militer negara-negara Eropa seperti Polandia dan Norwegia.
"Invasi (Rusia) benar-benar menyebabkan lonjakan permintaan senjata yang signifikan di Eropa, yang akan berdampak lebih jauh dan kemungkinan besar akan menyebabkan peningkatan impor senjata oleh negara-negara Eropa," kata Pieter Wezeman, peneliti senior di SIPRI.
Baca Juga: Ukraina Minta AS Sediakan Bom Cluster untuk Memperkuat Drone
Peningkatan Impor Senjata Hanya Terjadi di Eropa
Berbeda dengan Eropa, benua lain di Bumi mengalami penurunan impor selama lima tahun terakhir.
Impor senjata di Afrika turun tajam hingga 40%, Amerika Utara dan Selatan 20%, Timur Tengah turun 9%, sementara Asia hanya turun 7%.
Importir senjata terbesar di dunia adalah Qatar dengan 10% dari total impor dunia, India dengan 9%, Ukraina dengan 8%, lalu ada Arab Saudi dan Uni Emirat Arab dengan masing-masing 7% serta Pakistan 5%.
Baca Juga: Rusia Sebut Pasokan Senjata ke Ukraina Bisa Memicu Bencana Nuklir Global
Impor Senjata Ukraina
Di tahun 2022, Ukraina dengan cepat menjadi tujuan ekspor senjata terbesar ketiga di dunia, di belakang Qatar dan India.
Mengutip The Straits Times, data SIPRI menunjukkan bahwa Ukraina sendiri menyumbang 31% dari pengiriman senjata ke Eropa dan 8% pengiriman senjata global.
Sebagian besar senjata yang diterima Ukraina merupakan senjata yang diambil pengirim dari cadangan militer mereka yang sudah siap digunakan.
Di antaranya, ada sekitar 230 artileri dari AS, 280 kendaraan lapis baja Polandia, dan lebih dari 7.000 rudal anti-tank dari Inggris. Produk seperti sistem anti-pesawat juga mulai berdatangan ke Ukraina.
Baca Juga: China Mengaku Terganggu dengan Upaya Penguatan Militer Jepang
Perdagangan Senjata Global Tembus US$100 Miliar
SIPRI mencatat bahwa total perdagangan senjata global di atas US$100 miliar per tahun pada 2022. Mereka juga mengatakan bahwa total pengeluaran militer telah melebihi US$2 triliun untuk pertama kalinya di tahun yang sama.
Ketegangan di Ukraina diakui telah meningkatkan kekhawatiran negara Eropa lainnya, mendorong mereka untuk semakin rutin berbelanja kebutuhan militer.
"Negara-negara Eropa telah memesan atau merencanakan pengadaan senjata, mulai dari kapal selam, hingga pesawat tempur, dari drone hingga rudal anti-tank, dari senapan hingga radar," kata Wezeman.
Menurut catatan SIPRI, pada periode 2018-2022 impor senjata negara-negara Eropa meningkat sebesar 47% dibandingkan periode lima tahunan sebelumnya. Di saat yang sama, pengiriman senjata global justru menurun hingga 5%.
Timur Tengah tetap menjadi tujuan utama ekspor senjata selama setahun terakhir, menyumbang 32% dari total transaksi global.
Lima eksportir senjata terbesar selama lima tahun terakhir adalah AS dengan 40% dari total ekspor senjata dunia, Rusia dengan 16%, Prancis 11%, China 5%, dan Jerman dengan 4%.