kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Minyak murah, merger dan akuisisi marak


Senin, 25 April 2016 / 18:33 WIB
Minyak murah, merger dan akuisisi marak


Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

DUBAI. Kian murahnya harga minyak dunia akan mendorong lebih banyak aksi merger dan akuisisi pada industri minyak dan gas pada tahun ini. Menurut perusahaan konsultan AT Kearney, sejumlah perusahaan terpaksa menjual saham mereka untuk menghindari kebangkrutan.

Data Bloomberg Intelligence menunjukkan, pengajuan kebangkrutan di sektor energi mulai mendaki.

Sementara itu, Richard Forrest, global lead partnet AT Kearney bilang, kemungkinan pihak pembeli adalah perusahaan private equity.

Memang, perusahaan minyak global saat ini tengah berupaya keras mempertahankan roda perusahaan agar tetap berputar. Berdasarkan data yang dihimpun Bloomberg, transaksi minyak dan gas pada tahun lalu melorot 37% seiring penurunan nilai transaksi sebesar 2,5% menjadi US$ 469 miliar.

Merger dan akuisisi pun marak terjadi. Sebut saja Royal Dutch Shell Plc mengakuisisi BG Group Plc. Selain itu, ada pula Energy Transfer Equity LP mengakuisisi Williams Cos.

Tahun ini, jumlah transaksi diprediksi akan naik. Namun, nilainya kemungkinan akan turun karena minimnya transaksi dengan nilai besar.

"Banyak sekali utang dan hal itu akan memicu maraknya gelombang merger dan akuisisi," jelas Forrest.

Nilai utang perusahaan minyak dan gas seluruh dunia melonjak tiga kali lipat menjadi US$ 3 triliun di 2014, dibandingkan dengan 2006. "Tahun ini, kami mmemprediksi banyak sekali aset-aset yang akan dijual," imbuhnya.

Sekadar tambahan informasi, harga minyak dunia sudah anjlok hampir 60% dalam dua tahun terakhir. Alhasil, laba yang diterima perusahaan minyak besar tergerus cukup dalam.



TERBARU

[X]
×