Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Moderna pada Senin (7/3) mengumumkan rencana merancang vaksin untuk melawan 15 patogen paling berbahaya di dunia. Langkah ini guna menghindari potensi pandemi penyakit baru di masa depan.
Dilansir dari Reuters, Moderna telah bekerjasama dengan mitranya dalam pembuatan vaksin terhadap beberapa dari 15 patogen. Di antaranya adalah penyebab penyakit chikungunya, demam berdarah Krimea-Kongo, dengue, ebola, malaria, marburg, demam lassa, MERS, dan Covid-19.
Presiden Moderna Stephen Hoge mengatakan, kolaborasinya akan termasuk dengan US National Institutes of Health untuk membuat vaksin virus nipah serta Gates Foundation dan International AIDS Vaccine Initiative untuk vaksin HIV.
Baca Juga: Kabar Buruk dari WHO: Sudah Ditemukan Varian Ketiga Omicron, Ini Gejalanya
Dalam sebuah konferensi pers virtual pada Senin (7/3), CEO Moderna Stephane Bancel menyebutkan, 15 patogen yang menjadi target perusahaan saat ini masih belum ditangani oleh banyak pembuat obat besar.
Bancel merasa, Moderna harus bertindak lebih cepat demi mencegah jutaan orang meninggal seperti pada pandemi Covid-19 yang berlangsung lebih dari dua tahun.
"Pandemi Covid-19 telah menewaskan enam juta orang di seluruh dunia dan membuat jutaan lainnya sakit, perlu ada perubahan. Terlalu banyak nyawa yang hilang dalam beberapa tahun terakhir," kata Bancel.
Menyediakan teknologinya secara luas
Sebagai bagian dari rencana menghadapi potensi pandemi di masa depan, Moderna bermaksud untuk membuat teknologinya tersedia untuk laboratorium penelitian akademis buat melakukan penelitian tentang penyakit dan vaksinnya.
Baca Juga: FAO, OIE, dan WHO: Penyebaran Corona pada Hewan Bisa Fasilitasi Varian Baru Muncul
Hoge mengatakan, beberapa di antaranya pada akhirnya dapat menghasilkan kemitraan dengan Moderna untuk mengatasi 15 patogen prioritas.
"Kami ingin memastikan para ilmuwan yang memiliki ide hebat tentang bagaimana mereka membuat vaksin, akan bisa mengakses standar dan teknologi kami, seolah-oleh mereka bekerja di Moderna," ungkapnya.
Sejak awal pandemi Covid-19, Moderna berkomitmen untuk tidak akan memberlakukan paten vaksinnya selama fase darurat krisis kesehatan. Langkah ini memungkinkan pengembangan pabrik pembuatan vaksin di Afrika yang didukung oleh WHO sebagai bagian dari proyek percontohan.
Komitmen Moderna ini juga memberi negara-negara miskin dan berpenghasilan menengah pengetahuan cara membuat vaksin Covid-19.
Moderna berjanji, komitmen itu akan permanen untuk 92 negara berpenghasilan rendah dan menengah yang memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan di bawah Komitmen Pasar Lanjutan COVAX (AMC) yang dipimpin oleh aliansi vaksin GAVI.