Sumber: Bloomberg, Reuters | Editor: Uji Agung Santosa
Brussel. Para menteri keuangan Uni Eropa kembali bertemu untuk membicarakan bantuan keuangan ke Siprus dan Yunani. Pertemuan di Brussel mulai Senin (11/2), juga menjadi langkah bagi negara-negara Zona Euro untuk memenangkan kembali momentum penyelesaian krisis utang yang memudar.
Momentum pemulihan ekonomi Eropa memudar seiring makin besarnya risiko politik di Italia dan Spanyol. Hal itu mengisyaratkan kepada pasar bahwa krisis ekonomi yang berlangsung lebih dari tiga tahun itu belum berakhir.
Wolfgang Franz, ketua penasehat ekonomi Kanselir Jerman Angela Merkel, mengatakan, pemilu Italia yang ketat dan skandal politik di Spanyol telah mengganggu stabilitas pasar. "Kami belum tahu bagaimana kita keluar dari krisis," katanya.
Para pemimpin Eropa pekan lalu telah mencapai kesepakatan pemotongan anggaran tujuh tahunan untuk pertama kalinya. Dalam pertemuan ini, mereka akan melihat kembali pelaksanaan pemilu di Italia yang dijadwalkan berlangsung pada 24-25 Februari 2013. Jajak pendapat menunjukkan kemungkinan tidak tercapainya suara mayoritas dalam pemilu tersebut.
Biaya obligasi naik
Saham Eropa mencatat penurunan dalam dua minggu terakhir pada pekan kemarin. Penurunan terjadi karena kekhawatiran investor akan kemungkinan hambatan kebijakan di Italia dan Spanyol.
Imbal hasil obligasi Italia 10 tahun naik di level tertinggi lebih dari 4,5%. Sementara itu imbal hasil obligasi 10 tahunan Spanyol naik 5,5% pada pekan lalu sehingga menyebabkan biaya pinjaman negara menjadi membengkak.
Nilai tukar euro jeblok, turun 2% menjadi US$ 1,336. Euro kembali naik di level US$ 1,337 pada Senin (11/2), setelah Mario Draghi, Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) menyuarakan keprihatinan penurunan euro bisa menghambat pemulihan ekonomi. "Nilai tukar bukanlah target kebijakan, tapi penting untuk pertumbuhan dan stabilitas harga," katanya.
Selain Italia dan Spanyol, pemilihan presiden di Siprus pada pekan depan juga dikhawatirkan bakal mempengaruhi jadwal bantuan keuangan di negeri tersebut. Siprus menjadi negara kelima yang menerima bailout Eropa.
Untuk bisa menggelontorkan dana bantuan senilai € 18 miliar atau US$ 24 miliar itu, pemimpin Eropa menunggu siapa yang akan menjadi Presiden Siprus. Sebab, siapapun presiden yang terpilih pada pekan depan harus menyetujui tuntutan seperti privatisasi aset negara.
Joerg Asmussen, Anggota Dewan Eksekutif ECB, mengatakan, kegagalan dalam menyepakati paket bantuan ke Siprus akan membuang kemajuan yang telah dicapai Eropa. Dia berharap, paket bailout untuk Siprus bisa tercapai pada akhir Maret 2013.
Dia yakin Siprus tidak akan mampu membayar kewajiban (default) jika tidak ada penyelamatan. "Jika kita membiarkan sebuah negara yang relevan jatuh, maka akan berisiko pada kemajuan," katanya.