kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.702.000   23.000   1,37%
  • USD/IDR 16.450   0,00   0,00%
  • IDX 6.665   119,20   1,82%
  • KOMPAS100 951   16,29   1,74%
  • LQ45 748   15,90   2,17%
  • ISSI 208   3,64   1,78%
  • IDX30 390   8,22   2,16%
  • IDXHIDIV20 467   6,80   1,48%
  • IDX80 108   1,96   1,84%
  • IDXV30 111   0,63   0,57%
  • IDXQ30 128   2,31   1,84%

Nilai Transaksi Merger dan Akuisisi di 2025 Bakal Capai Rekor


Sabtu, 21 Desember 2024 / 04:25 WIB
Nilai Transaksi Merger dan Akuisisi di 2025 Bakal Capai Rekor
ILUSTRASI. Traders work on the floor by the post that trades Anadarko Petroleum and Occidental Petroleum at the New York Stock Exchange (NYSE) in New York, U.S., April 30, 2019. REUTERS/Brendan McDermid


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - LONDON. Volume transaksi merger dan akuisisi (M&A) global diperkirakan bakal mencetak rekor tertinggi empat tahun di tahun depan. Para bankir memperkirakan, nilai transaksi M&A di 2025 akan mencapai US$ 4 triliun.

Menurut data Dealogic, nilai M&A akan naik 15% dari US$ 3,45 triliun per 19 Desember 2024. Nilai transaksi tersebut naik dari level terendah dalam satu dekade pada tahun 2023, sebesar US$ 3 triliun. 

Peningkatan nilai transaksi M&A di 2025 didorong janji presiden AS terpilih Donald Trump mengurangi birokrasi, menurunkan pajak korporasi dan mendukung kebijakan pro bisnis. 

Baca Juga: Bursa Jepang Turun 4 Hari Beruntun Rabu (18/12), Jelang Keputusan Bank Sentral

Para pembuat kesepakatan juga memperkirakan pengawasan terhadap merger korporasi besar akan lebih longgar. Ini sejalan dengan langkah Trump yang menunjuk Andrew Ferguson menggantikan Lina Khan sebagai Ketua Komisi Perdagangan Federal. 

"Jika kami kesampingkan tahun 2021, tahun depan bisa jadi salah satu tahun terbaik dalam 10 tahun terakhir, karena tidak banyak volatilitas seperti yang terjadi dalam satu dekade terakhir. Jika volume M&A global naik 15%-20% tahun depan, sama sekali tidak akan mengejutkan," kata Jay Hofmann, Kepala M&A JPMorgan Chase. 

Faktor lain yang berpotensi mengangkat nilai transaksi M&A adalah pemangkasan suku bunga, kondisi pembiayaan yang lebih baik dan meningkatkan penawaran umum perdana alias initial public offering (IPO). 

Stephen Pick, Kepala M&A Barclays untuk EMEA, justru lebih hati-hati memandang potensi M&A di tahun depan. Pasalnya tarif barang impor berpotensi menaikkan inflasi. 

Regulasi mendukung

Nestor Paz-Galindo, Kepala Global M&A UBS, dikutip Reuters, menyebut, turunnya pajak dan deregulasi akan membuat lebih banyak perusahaan melakukan M&A ketimbang distribusi dana ke pemegang saham. Beberapa investment banking percaya lonjakan transaksi bakal terjadi di 2025.

Baca Juga: Konsolidasi Perbankan Syariah Tak Kunjung Ada, Ini Kata OJK

Sejumlah transaksi besar juga terjadi di beberapa minggu terakhir 2024. Di antaranya merger Omnicom dan Interpublic Group senilai US$ 13 miliar. Ada juga akuisisi AssuredPartners oleh Arthur J. Gallagher US$ 13,4 miliar. 

Tingkat kepercayaan akan nilai M&A lebih besar juga nampak dari data yang dipaparkan di tahun ini. Di mana jumlah transaksi yang nilainya lebih dari US$ 10 miliar meningkat menjadi 37 transaksi dari 32 transaksi di 2023. 

Padahal tahun 2024, pengawasan transaksi cukup ketat. Volume M&A di Amerika Serikat naik 10% jadi US$ 1,55 triliun. M&A di Eropa dan Asia Pasifik masing-masing melonjak 22% dan 11%.

Sektor yang jadi penyumbang aktivitas M&A tahun ini adalah sektor teknologi, dengan nilai US$ 534 miliar. Adapun aksi M&A dengan nilai besar di antaranya akuisisi Mars atas pembuat Cheez-It Kellanova US$ 36 miliar. Lalu ada kesepakatan Capital One dan Discover Financial senilai US$ 35 miliar dan akuisisi Synopsys atas Ansys senilai US$ 36 miliar.      

Baca Juga: Biden Rencanakan Pembatalan Penjualan Saham US Steel ke Nippon Steel, Ini Alasannya


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×