kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Oppenheimer: Bapak Bom Atom, Bom Nagasaki-Hiroshima, dan Penyesalannya


Kamis, 20 Juli 2023 / 10:33 WIB
Oppenheimer: Bapak Bom Atom, Bom Nagasaki-Hiroshima, dan Penyesalannya
ILUSTRASI. Oppenheimer


Penulis: Virdita Ratriani

KONTAN.CO.ID - Oppenheimer atau J. Robert Oppenheimer adalah seorang ilmuwan ahli fisika dan dikenal sebagai bapak bom atom.

Julius Robert Oppenheimer lahir di New York City pada 22 April 1904 dan meninggal pada 18 Februari 1967 di Princenton, New Jersey, AS.

Oppenheimer dikenal sebagai bapak bom atom melalui keterlibatannya dalam Proyek Manhattan. Oppenheimer juga tokoh penting dibalik bom atom yang menghancurkan Nagasaki-Hiroshima di Jepang pada Perang Dunia Kedua. 

Meski begitu, Oppenheimer disebut menyesali penemuannya terhadap bom atom yang menimbulkan puluhan ribu warga Jepang. Lantas, seperti apa kisah hidup Oppenheimer atau Robert Oppenheimer yang dikenal sebagai bapak bom atom? 

Baca Juga: Ini Harga Tiket dan Lokasi Babak Final ESL Snapdragon Pro Series Mobile Legend

Biografi dan pendidikan Oppenheimer 

Oppenheimer adalah putra seorang imigran Jerman yang memperoleh kekayaannya dengan mengimpor tekstil di New York City. Selama studi sarjananya di Universitas Harvard, Oppenheimer unggul dalam bahasa Latin, Yunani, fisika, dan kimia. 

Dirangkum dari laman Britannica, setelah lulus pada 1925, Oppenheimer berlayar ke Inggris untuk melakukan penelitian di Laboratorium Cavendish di Universitas Cambridge, di bawah kepemimpinan Lord Ernest Rutherford. 

Laboratorium tersebut memiliki reputasi internasional untuk studi perintisnya tentang struktur atom. Di Cavendish, Oppenheimer memiliki kesempatan untuk bekerja sama dengan komunitas ilmiah Inggris dalam usahanya memajukan penelitian atom.

Baca Juga: 6 Film dan Serial Cillian Murphy, Pemeran Robert Oppenheimer

Oppenheimer juga pernah melakukan kunjungan singkat di pusat sains di Leiden dan Zurich. Setelah itu, Oppenheimer kembali ke Amerika Serikat untuk mengajar fisika di Universitas California di Berkeley dan Institut Teknologi California. 

Pada 1920-an, teori kuantum dan relativitas menarik perhatian dunia sains. Penelitian awal Oppenheimer pun dikhususkan untuk proses energi partikel sub-atomik, termasuk elektron, positron, dan sinar kosmik. 

Oppenheimer juga melakukan penelitian pada neutron dan lubang hitam. Selama 13 tahun, Oppenheimer melakukan penelitian penting dalam banyak bidang ilmiah seperti fisika, nuklir, teori medan kuantum dan astrofisika.

Baca Juga: Mau Nonton yang Mana Dulu? 3 Film Baru Tayang di Bioskop Hari Ini (19/7)

Oppenheimer sebagai bapak atom

Ketika Perang Dunia II dimulai, Oppenheimer terlibat dalam upaya mengembangkan bom atom. Pada Juni 1942, Oppenheimer ditunjuk sebagai direktur ilmiah Proyek Manhattan. 

Di bawah bimbingan Oppenheimer, laboratorium di Los Alamos dibangun. Di sana, Oppenheimer membawa ahli fisika terbaik untuk mengerjakan masalah pembuatan bom atom. 

Pada akhirnya, Oppenheimer memimpin lebih dari 3.000 orang dalam pengembangan bom atom. Pada saat itu, Oppenheimer sering disebut sebagai "bapak" bom atom. 

Baca Juga: Sinopsis Kutukan Peti Mati, Film Horor Indonesia Baru di Bioskop

Setelah perang dunia kedua, Oppenheimer diangkat sebagai Ketua Komite Penasihat Umum Komisi Energi Atom (AEC) AS, bertugas dari tahun 1947 hingga 1952. 

Dalam peran inilah dia menyuarakan penentangan keras terhadap pengembangan bom hidrogen. Pada tahun 1953, Oppenheimer dituduh sebagai simpatisan komunis, dan izin keamanannya dicabut. 

Komunitas ilmiah sangat terkejut dengan keputusan AEC tersebut. Pada tahun 1963, Presiden Lyndon B. Johnson berusaha untuk memperbaiki ketidakadilan ini dengan menghormati Oppenheimer dengan Penghargaan Enrico Fermi yang bergengsi dari Komisi Energi Atom .

Dari tahun 1947 hingga 1966, Oppenheimer juga menjabat sebagai Direktur Princeton's Institute for Advanced Study. Di sana, Oppenheimer mendorong diskusi dan penelitian tentang fisika kuantum dan relativitas di School of Natural Sciences.

Baca Juga: Barbie dan 4 Film Adaptasi Ini Diangkat dari Mainan Populer Anak-Anak, lo

Oppenheimer, Proyek Manhattan, dan bom atom Nagasaki-Hiroshima

Oppenheimer tertarik dalam dunia politik sejak munculnya Nazi di Jerman yang dipimpin oleh Adolf Hitler. 

Setelah invasi Polandia oleh Nazi Jerman pada 1939, fisikawan Albert Einstein, Leo Szilard, dan Eugene Wigner memperingatkan pemerintah AS akan bahaya yang mengancam seluruh umat manusia jika Nazi menjadi yang pertama membuat bom nuklir. 

Kemudian, Oppenheimer mulai mencari proses pemisahan uranium-235 dari uranium alam dan menentukan massa kritis uranium yang diperlukan untuk membuat bom semacam itu. 

Pada Agustus 1942 Angkatan Darat AS diberi tanggung jawab mengorganisir upaya fisikawan Inggris dan AS untuk mencari cara memanfaatkan energi nuklir untuk tujuan militer. 

Baca Juga: Dari Dokumenter sampai Film, 4 Tontonan Terbaru Netflix Tayang Minggu Ini

Proyek ini pun dikenal sebagai Proyek Manhattan. Oppenheimer diinstruksikan untuk mendirikan dan mengelola laboratorium untuk melaksanakan tugas ini. 

Pada 1943, Oppenheimer memilih dataran tinggi Los Alamos , dekat Santa Fe, New Mexico. Pada 16 Juli 1945, proyek bom pertamanya telah jadi dan siap diuji coba dengan keefektifannya dengan memilih wilayah di dekat Alamogordo, New Mexico. 

Bom pertama yang diberi nama Gadget tersebut berhasil berhasil meledak secara dahsyat sehingga membentuk kawah di permukaan tanah sedalam 8 meter dengan diameter 800 meter.

Keberhasilan ini langsung direspons cepat oleh pemerintah Amerika dengan penyiapan perakitan bom Little Boy dan Fatman di Tinian, berselang beberapa jam setelah uji coba. 

Baca Juga: Oppenheimer Segera Tayang, Tonton Juga 4 Film Christopher Nolan Ini

Pada 6 Agustus 1945 , Little Boy diterbangkan menggunakan pesawat B-29 menuju Hiroshima dan dijatuhkan tepat pada pukul 8.15. 

Berselang 45 detik, bom langsung meledak di ketinggian 580 meter di atas Rumah Sakit Shima dan sekejap juga suhu permukaan tanah menjadi 7.000 C dan membunuh sekitar 70.000 orang. 

Tiga hari setelah itu, pada 9 Agustus 1945, Fat Man diterbangkan dari Tinian menuju Nagasaki dan dijatuhkan di ketinggian 500 meter. Bom ini menewaskan 40.000 orang dalam sekejap. 

Baca Juga: Rusia dan China punya senjata yang lebih murah dan sulit dilacak daripada nuklir

Penyesalan Oppenheimer 

Para ilmuwan yang terlibat dalam proyek Manhattan pada dasarnya memiliki motivasi untuk menciptakan perdamaian dan menjaga kedaulatan negaranya. 

Demikian juga dengan Oppenheimer, melansir dari BBC, setelah melihat daya ledak saat uji coba bom atom buatannya di Mexico pada Juli 1945, ia berucap "Saya teringat dengan kalimat di kitab Hindu, Bhagavad-Gita...'Sekarang saya menjadi kematian, sang penghancur dunia'." 

Ungkapan itu diucapkan Oppenheimer karena ketakutan dan kegelisahannya jika senjata tersebut dijadikan alat perang Amerika.

Setelah penjatuhan bom di Jepang, pada kisaran bulan Oktober 1945, Oppenheimer bertamu kepada Truman yang kala itu telah menjadi Presiden Amerika Serikat. 

Dalam pertemuan itu, ia berujar bahwa tangannya telah berlumuran darah. Ia merasa bersalah atas tingginya angka kematian akibat bom buatannya. Sebagai buntut dari penyesalan Oppenheimer, ia juga menentang pengembangan bom hidrogen.

Baca Juga: Dari Dokumenter sampai Film, 4 Tontonan Terbaru Netflix Tayang Minggu Ini

Akhir hidup Oppenheimer 

Pada 1953, Oppenheimer diisukan memiliki hubungan dengan komunis yang membuat dirinya dikucilkan oleh pemerintah Amerika Serikat dan dianggap berkhianat. 

Tahun berikutnya, sidang keamanan menyatakan dia tidak bersalah atas pengkhianatan tetapi memutuskan bahwa dia tidak boleh memiliki akses ke rahasia militer. 

Meskipun demikian, pada 1963, ia diberi penghargaan Enrico Farmi oleh lembaga Atomic Energy Commission atas kontribusinya dalam pengembangan atom.  Tiga tahun setelah pemberian penghargaan, Oppenheimer mengidap sakit kanker tenggorokan hingga meninggal pada 17 Februari 1967. 

Demikian kisah hidup Oppenheimer, bapak bom atom, bom nagasaki hiroshima, dan penyesalan Oppenheimer. 


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×