Sumber: Reuters, The Guardian |
JOHANNESBURG. Bintang Paralympic asal Afrika Selatan Oscar Pistorius harus hidup dengan hati nuraninya setelah ia menembak mati kekasihnya. Itulah kata-kata yang diucapkan ayah gadis itu, Barry Steenkamp, setelah Pistorius bebas dengan jaminan.
Pistorius menembak mati model Reeva Steenkamp pada pagi hari tanggal 14 Februari lalu di rumah mewahnya, di Pretoria, Afrika Selatan. Setelah ditangkap, Pistorius dikenakan tuduhan pembunuhan terencana.
Sang "Blade Runner" menembak empat kali menembus pintu kamar mandi hingga menewaskan Reeva. Namun atlet yang kedua kakinya diamputasi itu mengaku ia mengira menembak pencuri yang bersembunyi di kamar mandi, dan bukan kekasihnya.
Setelah melalui beberapa persidangan, Jumat lalu Pistorius akhirnya dibebaskan bersyarat dengan uang jaminan US$ 113.000. Namun Pistorius masih tetap didakwa dengan tuduhan pembunuhan terencana.
"Tidak masalah berapa banyak uang yang ia punya dan sebaik apa pun tim hukumnya, ia harus hidup menghadapi hati nuraninya jika ia membiarkan tim hukumnya berbohong atas namanya," ujar Barry Steenkamp kepada Beeld, sebuah harian di Afrika.
"Tapi jika ia berkata jujur maka mungkin saya bisa memaafkaanya suatu hari nanti. Jika itu tidak terjadi seperti yang ia katakan, ia harus menderita, dan ia akan menderita... hanya dia yang tahu," lanjut Steenkamp.
June Steenkamp, ibu Reeva, mengungkapkan bahwa ia menerima buket bunga dari keluarga Pistorius. "Tapi apa artinya? Tidak ada," ucap June.
"Sekarang semuanya sudah diambil darinya dengan penuh kekerasan. Sangat penuh kekerasan. Kami hanya ingin kebenaran," isaknya.
Pistorius bebas dengan jaminan setelah para pengacaranya berhasil meyakinkan bahwa ia terlalu terkenal untuk kabur dari hukum. Pistorius diperintahkan untuk menyerahkan senjata dan paspornya, menghindari rumahnya dan semua saksi kasus ini, melapor ke kantor polisi dua kali seminggu, dan dilarang minum alkohol. Ia juga tak dibolehkan memasuki terminal keberangkatan di bandara internasional mana pun.
Kasus penembakan ini mengagetkan jutaan orang yang kagum menyaksikannya beraksi di Olimpiade London tahun lalu. Ketika itu, menggunakan kaki buatan, Pistorius mampu menang hingga semifinal untuk nomor lari 400 meter.
Namun dampak terbesarnya adalah bagi warga Afrika Selatan. Pistorius selama ini dipandang sebagai pahlawan bagi kaum kulit putih maupun hitam. Ini jarang terjadi dan keberhasilannya di Olimpiade bak menyatukan perpecahan rasial yang sudah berlangsung selama 19 tahun sejak akhir politik apartheid.