Sumber: AP News | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - ROMA. Paus Fransiskus, yang tengah menjalani pemulihan dari radang paru-paru di rumah sakit, mulai mendelegasikan tanggung jawab hariannya kepada para kardinal. Hal ini memicu pertanyaan mengenai masa depan kepausannya dalam jangka pendek dan panjang.
Pada Sabtu, Kardinal Pietro Parolin, Sekretaris Negara Vatikan, memimpin Misa bagi kelompok antiaborsi menggantikan Fransiskus. Sementara itu, pada Minggu, Kardinal Michael Czerny dijadwalkan memimpin Misa Tahun Suci bagi para sukarelawan.
Meski Paus Fransiskus tetap sadar dan aktif bekerja dari rumah sakit, penyerahan tugas-tugas ini dianggap wajar. Dokter yang menanganinya bahkan melaporkan adanya "sedikit perbaikan secara bertahap" dalam kondisi kesehatannya.
Baca Juga: Paus Fransiskus Berjuang Melawan Pneumonia dan Rumor Pengunduran Diri
Namun, pernyataan Paus berusia 88 tahun itu mengenai kemungkinan pengunduran dirinya menarik perhatian, terutama karena pandangannya telah mengalami perubahan seiring waktu, khususnya setelah wafatnya Paus Benediktus XVI.
Dalam memoarnya tahun 2024 berjudul "Life: My Story Through History", Fransiskus mengisahkan momen ketika ia pertama kali mendengar pengunduran diri Benediktus XVI pada 11 Februari 2013.
Seorang jurnalis Vatikan yang menghubunginya di Buenos Aires menyampaikan kabar tersebut.
"Untuk sesaat saya lumpuh. Saya hampir tidak percaya apa yang saya dengar," tulis Paus Fransiskus.
Ia mengaku terkejut karena pengunduran diri paus sebelumnya dianggap tidak terbayangkan, meskipun diperbolehkan dalam hukum kanon. Fransiskus memuji keberanian dan kerendahan hati Benediktus, yang memutuskan mundur setelah perenungan mendalam demi kebaikan Gereja.
Baca Juga: Paus Fransiskus Dirawat di Rumah Sakit, Spekulasi Mundur Mengemuka
Selama satu dekade berbagi kehidupan di Vatikan, Fransiskus berulang kali memuji keputusan Benediktus yang membuka jalan bagi paus di masa mendatang untuk mundur jika diperlukan.
Dalam wawancara tahun 2022 dengan harian ABC Spanyol, Paus Fransiskus mengungkapkan bahwa ia telah menyiapkan surat pengunduran diri sejak awal masa kepausannya.
Surat tersebut akan berlaku jika ia mengalami gangguan kesehatan yang menghambat tugasnya atau jika ia secara sadar memutuskan untuk mundur. Namun, surat itu belum dipublikasikan dan masih menjadi perdebatan di kalangan kanonis mengenai keabsahannya.
Dalam memoarnya, Fransiskus menyatakan bahwa pada saat itu, ia tidak memiliki alasan kuat untuk mundur.
Baca Juga: Paus Fransiskus, Paus Argentina yang Tak Pernah Kembali ke Tanah Air
"Syukur kepada Tuhan, saya dalam keadaan sehat, dan seperti yang telah saya katakan, ada banyak proyek yang harus diselesaikan, jika Tuhan berkehendak," ujarnya.
Setelah Benediktus wafat pada 31 Desember 2022, Fransiskus menegaskan bahwa pengunduran diri tetap menjadi opsi bagi paus di masa mendatang. Ia menyatakan kemungkinan akan tinggal di rumah bagi imam pensiun di Roma dan menggunakan gelar "uskup emeritus Roma".
Namun, beberapa minggu kemudian, Paus Fransiskus memberikan pernyataan berbeda kepada para imam di Kongo dan Sudan Selatan. Ia menegaskan kembali bahwa jabatan paus bersifat seumur hidup, meskipun surat pengunduran dirinya tetap disiapkan sebagai langkah antisipasi.
"Saya percaya bahwa pelayanan paus bersifat ad vitam (seumur hidup). Tradisi sejarah itu penting," tegasnya.
Baca Juga: Paus Fransiskus Serukan Upah Adil untuk Pekerja Migran di Singapura
Ia juga memperingatkan agar pengunduran diri paus tidak menjadi sebuah kebiasaan atau norma yang dilakukan secara rutin.
Dengan demikian, meskipun Paus Fransiskus terbuka terhadap kemungkinan pengunduran diri jika kondisinya tidak memungkinkan, ia tetap memegang prinsip bahwa jabatan kepausan pada dasarnya bersifat seumur hidup, kecuali terdapat alasan kesehatan yang mendesak.