Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok kembali memanas setelah pemerintahan AS memberlakukan tarif baru yang menyasar sektor-sektor utama manufaktur Tiongkok.
Beijing merespons secara cepat dengan tindakan balasan yang setara, menciptakan salah satu pekan paling bergejolak di Wall Street dalam beberapa tahun terakhir.
Kebijakan saling balas ini memicu kekhawatiran akan terjadinya perang dagang jangka panjang, tepat ketika pasar mulai menunjukkan tanda-tanda stabilitas.
Mengutip financialexpress, aksi jual besar-besaran yang terjadi selama seminggu terakhir menjadi refleksi nyata dari hilangnya kepercayaan investor, dengan analis memperingatkan bahwa tren penurunan masih bisa berlanjut pada pekan-pekan mendatang.
Ketidakpastian Meningkat: Pasar Hadapi Risiko Jangka Pendek
Langkah pemerintah AS dalam menerapkan tarif tambahan terhadap komponen elektronik, peralatan otomotif, dan sektor energi terbarukan asal Tiongkok dinilai sebagai bentuk tekanan strategis menjelang pemilihan umum mendatang. Namun, reaksi cepat dari Tiongkok — yang meliputi tarif terhadap produk agrikultur dan teknologi AS — memperbesar ketidakpastian global.
Kondisi ini memunculkan kembali kekhawatiran investor atas kelangsungan rantai pasok internasional dan dampaknya terhadap inflasi, suku bunga, serta prospek pertumbuhan global secara keseluruhan.
Warren Buffett: “Berita Buruk adalah Sahabat Investor”
Dalam situasi penuh gejolak seperti ini, banyak pelaku pasar kembali mengingat pandangan legendaris dari Warren Buffett, salah satu investor paling sukses sepanjang masa, yang per Maret 2025 memiliki kekayaan bersih mencapai US$155 miliar.
Dalam esai terkenalnya tahun 2008 di tengah krisis keuangan global, Buffett menulis: “Bad news is an investor’s best friend” — sebuah pernyataan yang menegaskan pentingnya melihat peluang di balik kepanikan.
Bagi Buffett, momen-momen seperti inilah yang membuka potensi pembelian aset dengan valuasi menarik, selama investor mampu menjaga perspektif jangka panjang.
Salah satu nasihat paling abadi dari Buffett kembali relevan saat ini:
“Only buy something that you’d be perfectly happy to hold if the market shut down for 10 years.” katanya
Nasihat ini menggarisbawahi pentingnya berinvestasi dalam perusahaan berkualitas tinggi dengan fondasi bisnis yang kuat, terlepas dari volatilitas jangka pendek yang mengguncang pasar.