Sumber: Reuters,Bloomberg | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - Harga minyak dunia kembali mengalami penurunan untuk hari kedua karena komitmen Arab Saudi untuk meningkatkan produksi pada Desember dan Libya mencapai kesepakatan membuka produksi minyak mentah.
Harga minyak mentah Brent turun di bawah US$ 72 per barel, turun hampir 5% sejak penutupan hari Selasa. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate mendekati US$ 68.
Dalam laporan Financial Times, Arab Saudi siap untuk membatalkan target harga minyak tidak resminya sebesar US$ 100 per barel dalam upaya untuk mendapatkan kembali pangsa pasar.
Arab Saudi telah memutuskan bahwa mereka tidak mau terus menyerahkan pangsa pasar kepada produsen minyak lain dan yakin bahwa mereka memiliki cukup opsi pendanaan, termasuk cadangan devisa dan utang untuk bertahan dalam periode harga minyak mentah yang lebih rendah. Eksportir minyak terbesar dunia itu telah mengurangi produksinya sendiri sekitar 2 juta barel per hari (bph) sejak akhir 2022.
Sementara, pemerintahan Libya di wilayah timur dan barat yang bersaing memprakarsai kesepakatan mengenai langkah-langkah untuk menunjuk pimpinan bank sentral anggota OPEC.
Baca Juga: Harga Minyak Menguat Tipis di Pagi Ini (26/9), Simak Sentimen yang Menopangnya
Potensi pemulihan produksi minyak Arab Saudi dan Libya terjadi setelah minyak mentah awal bulan ini anjlok ke level terendah sejak 2021. Badan Energi Internasional memperkirakan bahwa pasar minyak global akan kelebihan pasokan tahun depan dengan atau tanpa pasokan tambahan OPEC+, berkat lonjakan produksi dari luar kelompok tersebut.
"Tidak ada ruang untuk lebih banyak minyak OPEC+ di pasar jika kartel tersebut menginginkan harga minyak mendekati US$ 80 pada tahun 2025," kata analis di A/S Global Risk Management dalam sebuah laporan.
Ditambah lagi tekanan lain datang dari potensi pasokan tambahan dari anggota OPEC+ lain dan prospek China sebagai importir minyak terbesar yang suram.
AS, Uni Eropa, dan negara-negara besar di Timur Tengah telah mengusulkan gencatan senjata selama tiga minggu antara Israel dan Hizbullah di Lebanon, sebagai bagian dari upaya untuk membuka jalan bagi negosiasi dan mencegah perang habis-habisan di kawasan tersebut.
Sementara para pedagang minyak sebagian besar mengabaikan langkah-langkah stimulus moneter Tiongkok sebelumnya, Presiden Xi Jinping pada hari Kamis meminta pemerintah untuk menyediakan lebih banyak pengeluaran fiskal, yang menggarisbawahi meningkatnya kecemasan di Beijing atas melambatnya pertumbuhan negara tersebut.