Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Melimpahnya stok daging babi menyebabkan harga konsumen China turun untuk pertama kali sejak Oktober 2009. Biro Statistik Nasional China mengatakan pada Rabu (9/12), Harga konsumen turun 0,5% year on year (yoy) pada November 2020, sedangkan harga makanan turun 2% yoy, sementara itu harga daging babi turun 12,5%.
Penurunan harga konsumen itu jauh lebih lemah dari perkiraan median 0% dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom. Penurunan ini diakibatkan pulihnya pasokan daging babi dari wadah Demam Babi Afrika pada tahun lalu.
Mengutip Bloomberg pada Rabu (9/12), ekonom berpandangan penurunan inflasi hanya berlangsung sementara. Hal ini diprediksti tidak akan menghalangi bank sentral China yang berencana secara bertahap mengurangi laju pertumbuhan kredit.
Langkah yang diambil oleh People's Bank of China (PBOC) itu guna menstabilkan tingkat utang dalam perekonomian. Juga untuk mencegah kecepatan laju kenaikan harga rumah di negeri tirai bambu tersebut.
Baca Juga: Taiwan: Kesepakatan dagang menunjukkan dukungan AS dalam menghadapi tekanan China
"Pertanyaan untuk pasar adalah apakah PBOC mungkin memperlambat proses netralisasi kebijakan karena inflasi yang sangat rendah. Untuk saat ini, tampaknya tidak mungkin karena pembuat kebijakan China telah meningkatkan langkah-langkah deleveraging dan memulai pengetatan property,” kata Zhou Hao, ekonom Commerzbank AG di Singapura.
Inflasi terus menurun dalam beberapa bulan terakhir, sebagian besar disebabkan oleh penurunan biaya pangan. Harga daging babi yang menjadi kuncinya, melonjak tahun lalu ketika Demam Babi Afrika menghancurkan kawanan babi China.
Oleh sebab itu, China mengimpor daging babi dalam jumlah rekor tahun ini untuk mengatasi kekurangan tersebut. Sementara itu. Kini produksi dalam negeri juga pulih, sehingga menurunkan harga makan pokok tersebut.
Xing Zhaopeng, ekonom pasar di Australia & New Zealand Banking Group di Shanghai, mengatakan deflasi konsumen tidak mungkin bertahan. Mengingat harga minyak mentah yang lebih tinggi dan musim puncak perjalanan yang akan datang sebelum Tahun Baru.
Baca Juga: Dua kasus corona di Tianjin China tertular virus dari kepala babi impor
“Inflasi tidak akan menjadi batasan bagi kebijakan moneter, karena baik indeks harga konsumen maupun indeks harga produsen diharapkan meningkat secara bertahap setiap bulan mulai sekarang,” katanya.
Pemulihan ekonomi China yang kuat kemungkinan akan menambah tekanan harga. Ekspor melonjak lebih dari 20% bulan lalu, sementara indeks manajer pembelian mencapai level tertinggi dalam tiga tahun. Itu bisa mendorong ukuran inflasi inti, yang menghapus harga makanan dan energi yang lebih fluktuatif dan tetap di 0,5% sejak Juli.
Deflasi pabrik juga berkurang, dengan indeks harga produsen turun 1,5% satu tahun, dibandingkan dengan penurunan 2,1% di bulan Oktober. Estimasi median dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom adalah -1,8%.
Indeks CSI 300 China sedikit berubah mendekati level tertinggi lima tahun setelah data tersebut, sementara mata uang tersebut tetap mendekati level terkuatnya sejak pertengahan 2018.
Obligasi pemerintah, yang biasanya lebih sensitif terhadap perubahan inflasi karena bagaimana hal itu mempengaruhi bunga di masa depan, juga sedikit berubah pada hari Rabu.
Baca Juga: Muncul kecurigaan, wabah virus corona di Wuhan berasal dari makanan beku impor
Para ekonom memperingatkan bahwa penurunan harga bisa berbahaya di tengah pemulihan jika konsumen dan bisnis menunda pembelian untuk mengantisipasi penurunan harga.
"Secara umum, inflasi negatif akan menunjukkan permintaan domestik yang tidak mencukupi, situasi yang akan membatasi akselerasi produksi lebih lanjut dan oleh karena itu, terhadap PDB. Penting juga untuk memperhatikan inflasi inti, yang berada di sekitar posisi terendah 10 tahun, yang memberikan gambaran yang lebih baik tentang kondisi ekonomi,” kata Dariusz Kowalczyk, kepala ekonom China di Credit Agricole CIB.