Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - VATICAN CITY. Pemimpin Umat Katolik Sedunia, Paus Fransiskus secara terang-terangan mengecam kaum konservatif yang menolak perubahan di Gereja Katolik Roma pada Kamis (6/1).
Paus meratapi mereka yang menurutnya agamanya mengacu pada diri sendiri dan terbungkus dalam "baju zirah" (suit of armour).
Pada Pesta Epifani, Fransiskus tampaknya mengarahkan kritik khusus kepada mereka yang menolak keras keputusannya untuk membatasi Misa Latin tradisionalis, dengan mengatakan bahwa liturgi tidak boleh terjebak dalam "bahasa yang mati" (dead language).
Baca Juga: Pimpin Misa Malam Natal, Paus Fransiskus Berpesan untuk Perhatikan Orang Miskin
"Apakah kita sudah terlalu lama terjebak, terkurung dalam religiositas konvensional, eksternal dan formal yang tidak lagi menghangatkan hati kita dan mengubah hidup kita?," kata Paus Fransiskus seperti dilansir Reuters.
"Apakah kata-kata dan liturgi kita menyulut dalam hati orang-orang keinginan untuk bergerak menuju Tuhan, atau apakah itu 'bahasa mati' yang hanya berbicara tentang dirinya sendiri dan tentang dirinya sendiri?"
Misa Latin tidak lagi digunakan secara umum setelah Konsili Vatikan Kedua 1962-1965 dan digantikan oleh bahasa-bahasa lokal.
Baca Juga: Paus Fransiskus tunjuk biarawati Italia ke posisi orang nomor dua Kota Vatikan
Pada bulan Juli, setelah berargumen bahwa Misa Latin sedang dieksploitasi oleh anti-reformis untuk merusak persatuan Gereja, Fransiskus memperketat peraturan tentang kapan itu bisa dirayakan, membatalkan keputusan oleh dua pendahulunya.
Sejak itu beberapa kaum konservatif, termasuk uskup, secara terbuka menentang paus, menghasilkan bab terakhir dari apa yang oleh beberapa orang disebut sebagai "perang liturgi" Gereja.
Iman bukanlah "setelan baju zirah yang menyelimuti kita; sebaliknya, itu adalah perjalanan yang menarik, gerakan yang konstan dan gelisah, selalu mencari Tuhan," kata Fransiskus.
Baca Juga: Paus Fransiskus Serukan Pemimpin Dunia Ambil Keputusan Radikal Terkait Ancaman Iklim
Paus membuat komentarnya dalam homili pada Misa di Basilika Santo Petrus pada hari umat Kristen memperingati apa yang dikatakan Alkitab sebagai kedatangan tiga orang bijak, atau orang majus, di Betlehem setelah kelahiran Yesus.
Partisipasi dibatasi sekitar 1.500 orang karena pembatasan COVID-19.