Reporter: Bidara Pink | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. JAKARTA. Berdamai dengan Covid-19 berarti menunjukkan pandemi Covid-19 belum tuntas. Jika ini terjadi, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memprediksi bakal terjadi pembengkakan biaya ekonomi yanga tinggi. Efeknya, ke depan bisa berpotensi mengubah pola globalisasi dan perdagangan antar negara.
Menurut Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB atau United Nations Department of Economic and Social Affairs (UN DESA), banyak negara mulai mengurangi ketergantungan dengan negara lain dan memperpendek rantai pasokan untuk mencegah penularan Covid-19.
"Ini juga untuk mempertimbangakan biaya menghindari Covid-19 yang terlalu tinggi ketimbang manfaat dari berhubungan dengan negara lain,” tulis Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB dalam laporan berjudul World Economic Situation and Prospects as of mid-20 (14/5).
Baca Juga: Kian memanas, China sebut AS punya utang iuran ke PBB US$ 2 miliar
Jadi tanpa vaksin corona, aktivitas ekonomi bakal terus berlanjut. Namun tentu dengan pergerakan yang masih terbatas.
Baca Juga: PBB: Kunjungan wisatawan bisa ambles hingga 30% akibat Corona
Efeknya adalah tingkat konsumsi dan investasi di banyak negara bakal tertekan. Lantaran masih tingginya tingkat kehati-hatian antar individu, termasuk juga masih adanya rasa takut terkena corona. Yang lebih parah, bakal ada rasa tidak percaya dan prasangka dari orang yang satu ke yang lainnya. Tak cuma individu, tapi juga komunitas bahkan hubungan antar negara.
Situasi ini membuat beberapa gaya hidup baru muncul. Misalnya permintaan layanan online bakal melonjak drastis. Sebaliknya, permintaan yang melibatkan interaksi langsung seperti makan di restoran, bioskop, serta pariwisata akan menurun tajam.
"Krisis Covid-19 ini memang menunjukkan bahwa kesehatan masyarakat dan kegiatan ekonomi itu sangat berkaitan. Semakin lama ketidakpastian berlangsung, maka semakin sulit ekonomi kembali ke lintasan normal sebelum krisis," tulis UN DESA dalam catatannya.