Sumber: The Straits Times | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - LONDON. Kepala Staf Pertahanan Inggris, Admiral Tony Radakin, pada hari Jumat (17/6) mengatakan bahwa saat ini Rusia telah kalah secara strategis dalam perang di Ukraina. Rusia dinilai telah mengalami kerugian besar, di sisi lain Ukraina kini semakin diperkuat oleh NATO.
Admiral Radakin melihat bahwa Rusia telah melakukan kesalahan yang mengerikan. Sebagai akibatnya, Rusia disebut tidak akan pernah menguasai Ukraina.
"Kekuatan mereka (Rusia) akan semakin berkurang. Rusia telah kalah secara strategis. NATO lebih kuat, Finlandia dan Swedia ingin bergabung," ungkap Radakin kepada kantor berita Asosiasi Pers domestik Inggris, seperti dikutip The Straits Times.
Baca Juga: Presiden Ukraina Kembali Meminta Bantuan Senjata, Kini Akui Butuh Senjata Anti-Rudal
Lebih lanjut, Radakin mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin sebenarnya dapat mencapai keberhasilan taktis dalam beberapa minggu mendatang. Tapi, mereka sudah telanjur mengorbankan seperempat dari kekuatan tentaranya untuk keuntungan yang terbilang kecil.
"Rusia memiliki kerentanan karena kehabisan orang, kehabisan rudal berteknologi tinggi. Presiden Putin telah menggunakan sekitar 25 persen dari kekuatan pasukannya untuk mendapatkan sejumlah kecil wilayah dan 50.000 orang tewas atau terluka. Rusia gagal," lanjut Radakin.
Radakin, perwira militer berpangkat tertinggi di Inggris, turut memberikan penghormatan kepada orang-orang Ukraina yang telah berani di medan perang. Ia bersumpah bahwa Inggris akan memberikan dukungan jangka panjang kepada Ukraina dengan lebih banyak senjata.
Baca Juga: Invasi Masih Berlanjut, Ukraina Kehilangan Hingga 200 Tentara Setiap Hari
"Kami telah menyediakan senjata anti-tank, ada elemen lain yang kami sediakan dan itu akan terus berlanjut," katanya.
Sementara itu, pihak Rusia pada hari Kami (16/6) memberi peringatan terhadap hadirnya pasokan senjata dari negara-negara Barat ke Ukraina. Peringatan ini keluar ketika Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Perdana Menteri Italia Mario Draghi mengunjungi Kiev.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, bahwa dukungan senjata sama sekali tidak berguna dan akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada negara tersebut.