kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Pemimpin G-7 cemas efek samping Brexit


Sabtu, 28 Mei 2016 / 20:07 WIB
Pemimpin G-7 cemas efek samping Brexit


Reporter: Yuwono Triatmodjo | Editor: Yudho Winarto

TOKYO. Pertemuan para pemimpin negara G-7 di Jepang mengingatkan kembali dampak buruk bagi ekonomi global bila Inggris keluar dari Uni Eropa atau populer dengan sebutan British Exit (Brexit). Kekhawatiran ini merupakan pernyataan akhir pemimpin negara G-7 menjelang referendum yang akan digelar rakyat Inggris pada 23 Juni mendatang.

Para pemimpin negara G-7 menyatakan, Brexit merupakan satu di antara sejumlah faktor yang bisa menghambat pemulihan ekonomi global, selain konflik geopolitik, terorisme, dan arus pengungsi.

"Keluarnya Inggris dari Uni Eropa bisa memengaruhi pertumbuhan perdagangan, investasi, dan ketenagakerjaan," sebut para pemimpin negara G-7 dalam pernyataan resminya yang dikutip Bloomberg, Jumat (27/5).

Perdana Menteri Inggris David Cameron secara pribadi mengungkapkan kegelisahannya jika Brexit jadi keputusan akhir dalam referendum. "Negara-negara G-7 dan G-20 sama-sama berpandangan Brexit berisiko bagi pertumbuhan ekonomi global," katanya sebelum bertolak ke Tokyo, Jepang untuk menghadiri KTT G-7.

Sebagai gambaran, hingga kuartal I 2016 produk domestik bruto (PDB) Inggris hanya tumbuh 0,4%, melemah dari periode sama di 2015 sebesar 0,6%. Institute for Fiscal Studies (IFS) berpendapat, aksi Brexit bisa menyebabkan negeri Ratu Elizabeth II ini berutang senilai US$ 20 miliar-US$ 40 miliar.

Lontaran IFS ini didasarkan pada hasil kajian National Institute of Economic and Social Research yang menyebutkan Brexit bakal menurunkan pendapatan Inggris sebesar 2,1% hingga 3,5% pada tahun 2019.

Posisi strategis Inggris

Posisi Inggris memang tak bisa dianggap remeh dalam percaturan ekonomi global. Data resmi Bank Dunia menunjukkan, per akhir tahun 2014, nilai PDB Inggris mencapai US$ 2,99 triliun.

Angka ini setara 16,17% dari PDB Uni Eropa bernilai US$ 18,49 triliun. Jika dibandingkan dengan PDB global yang mencapai US$ 77,96 triliun, perekonomian Inggris menyumbang porsi 3,83%.

Sementara berdasarkan data terbaru Eurostat, badan pusat statistik Uni Eropa yang bermarkas di Luksemburg, PDB Inggris tahun 2015 berada di level € 2,57 triliun atau sebesar 17,58% dari PDB Uni Eropa yang mencapai € 14,62 triliun. PDB Inggris menempati urutan kedua terbesar di Uni Eropa, di bawah PDB Jerman yang bernilai € 3,02 triliun.

Masih merujuk data Eurostat, GDP Inggris tahun lalu tumbuh 2,2%, lebih tinggi ketimbang pertumbuhan rata-rata negara anggota Uni Eropa sebesar 1,9%.

Kent Matthew, ekonom dari Cardiff University, Inggris, mengatakan, sampai sekarang sebanyak 44% pendapatan Inggris berasal dari pasar Eropa. Namun di saat yang sama, impor negara yang menganut pemerintahan monarki konstitusional ini dari Uni Eropa mencapai 53% dari total belanja mereka. Di sisi lain, Inggris menyumbang untuk anggaran Uni Eropa sebesar £ 18,8 miliar.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×