kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Peminat Latihan Menembak di Taiwan Meningkat di Tengah Kekhawatiran Invasi


Kamis, 02 Juni 2022 / 10:29 WIB
Peminat Latihan Menembak di Taiwan Meningkat di Tengah Kekhawatiran Invasi
ILUSTRASI. Peserta berlatih menembak dengan airsoft gun di lapangan tembak perusahaan pelatihan keterampilan tempur Polar Light, di New Taipei City, Taiwan, 21 Mei 2022.


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Meningkatnya tekanan China secara militer, serta invasi Rusia ke Ukraina yang menjadi nyata, telah mendorong kekhawatiran pada masyarakat Taiwan akan kemampuan pertahanan negaranya. Kini dilaporkan semakin banyak masyarakat yang mulai berlatih menembak. 

Max Chiang, kepala eksekutif perusahaan pelatihan tempur Polar Light di Taipei, mengatakan bahwa pemesanan untuk jasanya naik hampir empat kali lipat sejak invasi Rusia dimulai bulan Februari lalu.

Chiang mengatakan mayoritas masyarakat meminta pelajaran tentang cara menembakkan airsoft gun, atau perangkat berdaya rendah yang dirancang untuk menembakkan proyektil non-logam.

Baca Juga: Cegah Serangan China, AS Percepat Pembentukan Kembali Pertahanan Taiwan

"Beberapa di antara mereka yang datang ke lapangan tembak tahun ini belum pernah memegang senjata sebelumnya. Jumlahnya telah naik tiga kali lipat atau empat kali lipat sejak dimulainya konflik Ukraina," kata Chiang, seperti dikutip Reuters.

Banyak orang di Taiwan kini diyakini mulai khawatir bahwa China akan meningkatkan tekanan ketika negara-negara Barat sedang sibuk memberikan dukungan kepada Ukraina. Pemerintah Taiwan pun telah meningkatkan kewaspadaannya, meskipun belum melihat aktivitas militer tidak wajar dari China.

Su Chun, seorang seniman tato, adalah salah satu orang yang mulai berlatih menembak di tengah ancaman keamanan yang semakin nyata. Su percaya bahwa berlatih menembak akan sangat berguna ketika negara membutuhkan pasukan cadangan untuk mengusir China.

"Sebagian besar orang tentu tidak ingin berperang, saya juga tidak ingin berperang. Tetapi, jika hal itu benar-benar terjadi, saya akan siap secara mental," ungkap Su kepada Reuters.

Baca Juga: Hadapi Ancaman China, Garda Nasional AS akan Bekerjasama dengan Militer Taiwan

Selain pelatihan senjata, beberapa politisi di Taiwan telah mendesak masyarakat untuk mulai memikirkan rencana bertahan hidup untuk saat sebagian besar kota tanpa listrik dan pasokan air selama berhari-hari.

Bulan April lalu, pemerintah Taiwan untuk pertama kalinya merilis buku panduan pertahanan sipil. Buku tersebut secara umum memberikan panduan kepada masyarakat mengenai bagaimana cara bertahan hidup dalam skenario perang.

Buku tersebut juga secara rinci menjelaskan cara menemukan tempat perlindungan dari bom, mencari lokasi persediaan air dan makanan, serta menyiapkan kotak P3K darurat.




TERBARU

[X]
×