kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Peneliti menyebut virus corona varian Omicron cenderung memicu gejala ringan


Senin, 06 Desember 2021 / 11:23 WIB
Peneliti menyebut virus corona varian Omicron cenderung memicu gejala ringan
ILUSTRASI.


Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Sejumlah peneliti dari Eropa dan Jepang menyatakan bahwa virus corona varian Omicron memiliki kecenderungan untuk memberikan gejala ringan, atau bahkan tanpa gejala sama sekali. Meskipun begitu, daya menularnya bisa lebih kuat daripada varian lain seperti Delta.

Risiko orang mengalami gejala parah setelah terinfeksi varian Omicron tidak diketahui, tetapi beberapa data menunjukkan bahwa pasien cenderung memiliki gejala ringan.

Menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Uni Eropa, sebanyak 109 kasus Covid-19 varian Omicron  telah ditemukan di 16 negara pada hari Jumat (3/12), dan semuanya menunjukkan gejala ringan atau tanpa gejala, dan belum ada laporan kematian.

Di Jepang, dua orang yang dinyatakan positif varian omicron dalam pemeriksaan di Bandara Internasional Narita di Prefektur Chiba juga dilaporkan memiliki gejala ringan seperti demam.

Dilansir dari Japan Times, Takaji Wakita, kepala Institut Nasional Penyakit Menular (NIID), memperingatkan agar dunia tidak tergesa-gesa menyimpulkan bahwa gejala varian Omicron ada di level yang parah.

Baca Juga: WHO minta negara kawasan Asia-Pasifik bersiap hadapi gelombang Omicron

NIID menilai jika risiko gejala varian Omicron setara dengan Delta atau varian lainnya, maka dunia tidak perlu menerapkan tindakan pencegahan tambahan. Langkah dasar seperti rutin memakai masker serta menghindari pertemuan tertutup dan kontak dekat perlu digiatkan kembali.

Menurutu NIID, varian Omicron memiliki sekitar 30 mutasi pada protein yang memungkinkan virus memasuki sel manusia. Jumlahnya jauh lebih banyak dari varian Delta yang hanya memiliki 10 mutasi.

Tingginya jumlah mutasi ini kemungkinan membuat vaksinasi dan antibodi yang telah dikembangkan pada infeksi sebelumnya mungkin menjadi tidak efektif terhadap Omicron.

"Kita perlu mengkaji situasinya sedikit lebih jauh untuk mengetahui apakah vaksin kurang efektif terhadap varian Omicron, dibandingkan dengan varian Delta," ungkap Wakita.

Dua orang yang terinfeksi varian Omicron di Jepang diketahui telah telah menerima dua dosis vaksin Covid-19, termasuk di antaranya adalah vaksin buatan Pfizer dari AS.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×