kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Perang dagang AS-China bisa merugikan produsen otomotif global


Jumat, 22 Juni 2018 / 06:15 WIB
Perang dagang AS-China bisa merugikan produsen otomotif global
ILUSTRASI. Mercedes-Benz E350 e Plug in Hybrid


Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - BERLIN. Saham otomotif global terjungkal pada perdagangan Kamis (21/6) setelah perusahaan otomotif Jerman, Daimler AG mengeluarkan peringatan adanya penurunan profit sebagai imbas ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Mengutip Wall Street Journal, Kamis (21/6), Daimler AG memperingatkan bahwa bea impor pembalasan China pada mobil yang diproduksi di AS akan merugikan penjualan kendaraan sport-nya di pasar mobil terbesar dunia. Setelah pengumuman ini, saham Daimler turun 4,3%. Investor mengantisipasi masalah serupa juga bakal menimpa produsen mobil lainnya, termasuk dua raksasa otomotif Jerman lainnya, BMW AG dan Volkswagen AG. Di perdagangan AS, saham General Motors Co, Fiat Chrysler Automobiles NV, Ford Motor Co, dan Tesla Inc juga turun.

Pembuat mobil Jerman memproduksi puluhan ribu mobil jenis sport utility vehicle (SUV) di AS untuk diekspor ke China dan tampaknya tarif baru dari China dapat memukul mereka lebih keras ketimbang produsen AS yang secara eksplisit ditargetkan Beijing. Dengan rantai pasokan global yang dirancang untuk dunia perdagangan terbuka dan tarif rendah, raksasa otomotif Jerman sedang terperangkap dengan sedikit peluang untuk mengalihkan penjualan ke pasar lain.

Pada bulan Mei, China mengatakan bahwa pada 1 Juli, akan memotong tarif atas impor kendaraan hingga 15% dari 25% untuk memadamkan keluhan ketidakseimbangan perdagangan AS. Namun setelah Presiden AS Donald Trump memerintahkan bea impor atas miliaran dollar AS barang-barang China, Beijing mengatakan akan mempertahankan kebijakan tarif 25% pada kendaraan buatan AS dan mengancam akan mematok tarif lebih tinggi.

Sejatinya, jika China memotong tarif impor menjadi 15% pembuat mobil Jerman seperti BMW, dan Mercedes-Benz Daimler, serta pembuat mobil listrik Tesla dan Ford, akan mendapat keuntungan. Pasalnya, dengan tarif impor 25% saja ada sekitar 267.000 kendaraan yang dibuat AS terjual di China tahun lalu, menurut perusahaan riset LMC Automotive.

Ford mengekspor 45.000 kendaraan, termasuk mobil sport Mustang, SUV Explorer, dan beberapa model merek Lincoln. Perusahaan ini mengatakan terus mendorong kedua pemerintah untuk bekerja sama.

Untuk Tesla, China telah menjadi pasar terbesar kedua dan yang paling penting sebagai perusahaan yang tengah berusaha untuk berubah menjadi pembuat mobil massal. Tahun lalu, Tesla menjual sekitar 15.000 mobil di China, dengan pendapatan di China berlipat ganda menjadi US$ 2 miliar bahkan dengan tarif 25% karena konsumen Cina bersedia membayar jauh di atas harga yang sudah dikenakan tarif impor.

Daimler, BMW, dan Volkswagen kini mengoperasikan empat pabrik di AS yang mempekerjakan 36.500 pekerja AS. Tahun lalu, tiga perusahaan otomotif asal Jerman ini memproduksi total 804.200 kendaraan di AS, tetapi kurang dari setengah dijual di AS. Sisanya, sekitar 480.911 kendaraan, diekspor ke Kanada, Meksiko, Eropa, China, dan pasar lainnya.

Mengatisipasi ketegangan yang kemungkinan semakin meningkat di masa mendatang, BMW telah mengalihkan beberapa produksi SUV yang dilakukan di AS, sebagian dari output SUV X3-nya, ke China daripada terus mengekspor kendaraan tersebut dari pabrik AS.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×