Reporter: Rizki Caturini | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Bank-bank besar Amerika Serikat (AS) berlomba-lomba meluncurkan situs web dan aplikasi di ponsel untuk menggenjot penyaluran kredit perumahan. Dengan mempermudah dan mempercepat akses ke situs digitalnya, bank berharap bisa menyalurkan kredit hipotek lebih deras lagi.
Perbankan di Negeri Paman Sam telah menyisihkan cukup banyak belanja modal untuk membangun layanan perbankan digital guna memangkas biaya operasional. Melalui aplikasi di ponsel, bank berusaha merangkul debitur muda. Meski begitu perbankan AS masih harus berjuang di tengah bisnis pembiayaan perumahan yang masih lesu.
Bank of America Corp (BoA), misalnya, menghabiskan belanja modal US$ 1 miliar untuk membangun layanan digital dalam enam tahun terakhir. Bank ini baru saja meluncurkan rangkaian produk hipotek berbasis teknologi pada pekan lalu.
Sedangkan Wells Fargo & Co meluncurkan situs web dan layanan aplikasi di kuartal I 2018. Adapun JPMorgan Chase & Co. menginvestasikan dana hingga US$ 1,4 miliar untuk membangun layanan digital banking pada 2018 ini. Layanan itu akan digunakan untuk menyalurkan kredit perumahan di akhir tahun ini.
Aplikasi ponsel milik BoA misalnya secara otomatis mengisi alamat konsumen, riwayat pekerjaan dan informasi nasabah lainnya yang telah dimiliki bank. Ini memangkas berlembar-lembar formulir yang biasanya harus diisi oleh nasabah. Adapun aplikasi milik JPMorgan memungkinkan tanda tangan elektronik di dokumen penting nasabah dalam aktivitas perbankan.
Aplikasi Quicken Loans, menjadi perusahaan pertama yang memberi layanan dan informasi terintegrasi mengenai kredit properti secara digital di AS pada 2016. Juru bicara Quicken, Brianna Blust mengatakan, aplikasi ini menjadi kunci penjualan hipotek.
"Lebih dari 98% penyaluran kredit properti di kuartal I 2018 sebesar US$ 20 miliar, adalah nasabah yang mengakses Quicken dalam proses pengajuan kredit propertinya," kata Blust seperti dikutipĀ Reuters.
Menurut National Association of Realtor, generasi yang kesehariannya akrab menggunakan komputer dan ponsel pintar berkontribusi 34% dari seluruh pembeli rumah. Angka itu lebih tinggi daripada kontribusi Gen X, yaitu 28% dari total pembelian rumah.