Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peretasan besar-besaran terhadap Jaguar Land Rover (JLR) — produsen mobil mewah asal Inggris yang dimiliki oleh Tata Motors dari India — menimbulkan kerugian ekonomi signifikan bagi Inggris.
Menurut laporan lembaga independen Cyber Monitoring Centre (CMC), insiden tersebut menelan biaya sekitar 1,9 miliar poundsterling atau setara dengan US$2,55 miliar (sekitar Rp42 triliun), serta berdampak pada lebih dari 5.000 organisasi di seluruh negeri.
Serangan Siber Paling Merugikan di Inggris
Dalam laporan yang dirilis pada Rabu, CMC menyebut insiden ini sebagai “peristiwa siber paling merugikan secara ekonomi” yang pernah menimpa Inggris. Mayoritas kerugian berasal dari terhentinya produksi manufaktur di pabrik JLR dan jaringan pemasoknya.
“Sebagian besar dampak finansial disebabkan oleh hilangnya output produksi di JLR dan para pemasoknya,” tulis laporan tersebut.
Baca Juga: Pemerintah Inggris Berikan Jaminan Pinjaman US$2 Miliar untuk Jaguar Land Rover
CMC adalah organisasi nirlaba yang terdiri dari para ahli industri, termasuk mantan kepala National Cyber Security Centre (NCSC) Inggris. Lembaga ini mendapat pendanaan dari sektor asuransi dan bertugas mengklasifikasikan dampak finansial dari insiden siber besar yang menimpa bisnis di Inggris.
Dalam sistem kategorinya, CMC menilai peretasan JLR sebagai insiden Kategori 3 dari skala 1 hingga 5, menunjukkan bahwa insiden ini memiliki dampak sistemik yang luas terhadap perekonomian dan rantai pasok nasional.
Gangguan Produksi dan Dampak Rantai Pasok
Serangan siber yang terjadi pada Agustus 2025 tersebut menyebabkan JLR menghentikan produksi selama hampir enam minggu, sebelum perlahan memulai kembali kegiatan manufaktur pada awal Oktober.
Perusahaan yang memiliki tiga pabrik di Inggris—dengan kapasitas sekitar 1.000 unit mobil per hari—diperkirakan mengalami kerugian sekitar 50 juta poundsterling per minggu selama masa penghentian.
Laporan CMC memperingatkan bahwa angka kerugian bisa meningkat jika terjadi keterlambatan lebih lanjut dalam pemulihan produksi ke tingkat normal sebelum peretasan.
Sebagai langkah mitigasi, pemerintah Inggris memberikan jaminan pinjaman sebesar 1,5 miliar poundsterling kepada JLR pada akhir September guna membantu menopang para pemasok di tengah tekanan likuiditas akibat gangguan rantai pasok.
Dampak Meluas ke Ribuan Organisasi
Selain JLR dan para pemasok utamanya, peretasan ini juga mengganggu lebih dari 5.000 organisasi lain, termasuk dealer mobil dan perusahaan jasa logistik yang bergantung pada sistem rantai pasok JLR.
Baca Juga: Jaguar Land Rover Perpanjang Penutupan Pabrik hingga 1 Oktober akibat Serangan Siber
CMC menegaskan bahwa dampak tersebut “mencerminkan gangguan besar terhadap rantai pasok manufaktur multi-level serta organisasi hilir, termasuk dealer dan mitra distribusi.”
Gelombang Serangan Siber di Inggris
Insiden terhadap JLR merupakan bagian dari gelombang serangan siber besar yang menargetkan perusahaan-perusahaan Inggris sepanjang 2025.
Sebelumnya, Marks & Spencer, salah satu peritel terbesar di Inggris, juga mengalami kebocoran data pada April yang memaksa penutupan layanan daring selama dua bulan. Kerugian akibat insiden itu diperkirakan mencapai 300 juta poundsterling (sekitar US$400 juta).
Menunggu Laporan Keuangan Resmi
Jaguar Land Rover dijadwalkan merilis laporan keuangan pada November, di mana dampak penuh dari peretasan ini terhadap kinerja keuangan perusahaan diperkirakan akan terlihat.
Seorang juru bicara JLR menolak memberikan komentar atas laporan CMC, namun memastikan bahwa perusahaan telah memulai proses pemulihan penuh dan bekerja sama dengan otoritas keamanan siber untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.