Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jaguar Land Rover (JLR), produsen mobil terbesar di Inggris yang dimiliki oleh Tata Motors India, memperpanjang penutupan ketiga pabriknya di Inggris hingga 1 Oktober 2025.
Keputusan ini diambil menyusul serangan siber pada awal September yang melumpuhkan operasional perusahaan dan menimbulkan tekanan besar pada pemasok skala kecil.
JLR yang memproduksi sekitar 1.000 mobil per hari, termasuk model ikonik Range Rover dan Defender, dikabarkan kehilangan puluhan juta poundsterling setiap harinya. Dari total 33.000 karyawan, sebagian besar kini diminta tetap berada di rumah.
Baca Juga: Inggris, Kanada, dan Australia Akui Palestina, Tantang Sikap Israel-AS
Pemerintah Turun Tangan
Menyadari dampak luas dari penutupan ini, Menteri Bisnis Inggris Peter Kyle dijadwalkan mengunjungi fasilitas JLR serta berdialog dengan para pemasok. Fokus utama pemerintah adalah mendukung JLR kembali beroperasi secepat mungkin sekaligus menjaga keberlangsungan rantai pasok.
“Kami memiliki dua prioritas – membantu Jaguar Land Rover bangkit kembali secepatnya dan memastikan kesehatan jangka panjang rantai pasok,” ujar Chris McDonald, pejabat kementerian industri yang turut hadir dalam pertemuan.
Pemerintah juga menyadari risiko terhadap perekonomian nasional, mengingat penutupan ini bukan hanya berdampak pada JLR, tetapi juga ribuan perusahaan pemasok yang terkait.
Dampak terhadap Industri Manufaktur
Hasil survei S&P Global terbaru menunjukkan penurunan output manufaktur di Inggris, dengan beberapa pabrik menyebut penutupan JLR sebagai salah satu faktor penghambat aktivitas industri otomotif.
Baca Juga: Ford Kembali Tarik 101.944 Sedan Taurus di AS
JLR sendiri menegaskan bahwa penutupan ini bertujuan memberi kepastian jangka pendek sembari membangun rencana restart secara bertahap. “Kami mengambil keputusan ini untuk memberikan kejelasan bagi pekan mendatang, sekaligus menyusun timeline pemulihan operasional,” jelas pihak perusahaan.
Serangan Siber yang Kian Masif
Insiden yang menimpa JLR menambah daftar panjang serangan siber dan ransomware terhadap perusahaan besar di Inggris. Sebelumnya, peritel Marks & Spencer serta jaringan Co-op juga menjadi korban. Serangan semacam ini semakin canggih dan menimbulkan kerugian yang luas pada sektor bisnis.
Produksi JLR diketahui menopang lebih dari 104.000 lapangan kerja di rantai pasok otomotif Inggris. Serikat pekerja Unite memperingatkan potensi kehilangan pekerjaan besar-besaran jika krisis ini berlarut, dan mendesak pemerintah memberikan dukungan finansial agar perusahaan pemasok tetap bertahan.