Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan-perusahaan Eropa semakin khawatir menghadapi penutupan pabrik dan kerugian besar akibat ketatnya kontrol ekspor rare earth (logam tanah jarang) oleh China. Hal ini disampaikan oleh Kamar Dagang Uni Eropa di China pada Selasa (16/9).
Presiden kamar dagang, Jens Eskelund, menegaskan bahwa hambatan tetap terjadi meskipun pada KTT Uni Eropa–China 24 Juli lalu, Beijing telah berkomitmen mempercepat pengiriman bahan mentah penting tersebut ke Eropa.
“Irrespective of the agreements and commitments reached … we continue to see significant bottlenecks,” kata Eskelund.
Dampak ke Industri Otomotif dan Semikonduktor
Krisis ini berdampak langsung pada industri otomotif, yang menghadapi keterlambatan produksi hingga potensi penghentian operasional.
Baca Juga: China Siap Bantu Malaysia untuk Pemrosesan Logam Tanah Jarang
Situasi tersebut terjadi setelah Beijing memberlakukan kontrol ekspor atas sejumlah rare earth dan magnet terkait sebagai respons terhadap tarif yang diumumkan Presiden AS Donald Trump.
Industri semikonduktor juga ikut tertekan. Sejumlah produsen chip dilaporkan mengajukan permohonan ke Beijing agar diberi keringanan atas aturan ekspor tersebut.
Rare earth menjadi krusial karena digunakan dalam mobil listrik, teknologi pertahanan, hingga perangkat elektronik canggih. Saat ini, China menguasai sebagian besar proses pemurnian dan pengolahan rare earth dunia.
Kesepakatan Juli Dinilai Tidak Efektif
Dalam KTT Juli lalu, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Presiden China Xi Jinping sepakat mempercepat penerbitan lisensi ekspor bahan mentah penting ke perusahaan Eropa. Namun, China tidak memenuhi keinginan Uni Eropa untuk memperpanjang masa berlaku lisensi atau menghapusnya sama sekali.
Fakta di lapangan menunjukkan, persetujuan lisensi kembali melambat hanya dua bulan setelah KTT. Kamar Dagang Uni Eropa mulai menerima semakin banyak keluhan dan permintaan bantuan dari anggotanya.
“Kami belum melihat perubahan material sejak pertemuan puncak,” ujar Eskelund.
Baca Juga: China Rilis Aturan Baru untuk Kuota Pasokan Tanah Jarang, Apa Tujuannya?
Lisensi Ekspor Minim Disetujui
Data Bea Cukai China menunjukkan ekspor magnet rare earth, termasuk ke Eropa, memang melonjak sejak Juni setelah adanya kesepakatan dengan AS dan Uni Eropa. Namun, realisasi lisensi tetap jauh dari harapan.
Menurut Eskelund, kurang dari seperempat dari 140 aplikasi lisensi ekspor yang diajukan melalui kamar dagang telah disetujui otoritas China.
Sejumlah perusahaan bahkan kini mengajukan formulir lebih awal untuk mengantisipasi keterlambatan pengiriman yang berpotensi memicu kerugian besar.
“Kami punya sejumlah anggota yang saat ini sudah menderita kerugian akibat hambatan ini,” tegasnya.