Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Malaysia mengungkapkan, China siap memberikan bantuan teknis dan teknologi kepada Malaysia dalam pemrosesan logam tanah jarang, meskipun telah meminta agar kerja sama hanya melibatkan perusahaan-perusahaan milik negara.
Mengutip Reuters, Kamis (28/8/2025), Malaysia telah berupaya mengembangkan kemampuannya dalam penambangan dan pemrosesan logam tanah jarang, karena ingin memanfaatkan meningkatnya permintaan global akan mineral-mineral penting yang banyak digunakan dalam chip semikonduktor, kendaraan listrik, dan peralatan militer.
China, penambang dan pengolah logam tanah jarang terbesar di dunia, semakin protektif terhadap dominasinya di sektor ini, dengan memberlakukan pembatasan ekspor pada beberapa teknologi pemrosesannya.
Baca Juga: JPMorgan Sepakat Bayar US$ 330 Juta ke Pemerintah Malaysia Terkait Kasus 1MDB
Dalam balasan tertulis parlemen, Menteri Sumber Daya Alam dan Keberlanjutan Lingkungan Malaysia, Johari Abdul Ghani, mengatakan bahwa Presiden China Xi Jinping, telah menyampaikan kesiapan Beijing untuk membantu Malaysia dalam ambisinya di bidang tanah jarang saat berkunjung ke Kuala Lumpur pada bulan April.
"Mengingat bahwa pengamanan teknologi sangat penting bagi China, beliau (Xi) meminta agar kerja sama hanya melibatkan perusahaan-perusahaan yang terkait dengan pemerintah," ujar Johari, seraya menambahkan bahwa diskusi masih dalam tahap awal dan belum ada kesepakatan antara kedua negara.
Johari mengatakan bantuan China dalam hal ini krusial mengingat dominasi globalnya, terutama dalam pemisahan unsur tanah jarang.
Hal ini juga akan meningkatkan reputasi Malaysia di sektor ini sebagai satu-satunya negara yang memiliki teknologi pemrosesan China dan non-China, kata Johari, merujuk pada pabrik pemrosesan tanah jarang yang dioperasikan oleh penambang Australia, Lynas, di negara bagian Pahang, Malaysia.
Baca Juga: Malaysia Tegaskan Tak Ingin Perang dengan Indonesia meski Tak Akui Blok Ambalat
Malaysia telah melarang ekspor tanah jarang mentah, dan hanya mengizinkan pengiriman tanah jarang olahan, dalam upaya untuk menghindari eksploitasi dan hilangnya sumber daya.
Dalam balasan terpisah pada hari Rabu, Johari mengatakan Malaysia memiliki sekitar 16,1 juta metrik ton deposit tanah jarang, menurut perkiraan tahun 2019 oleh Departemen Mineral dan Geosains Malaysia.
Namun, ia memperingatkan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan seberapa banyak yang dapat ditambang, mengingat adanya kebijakan yang melarang penambangan di hutan permanen, kawasan yang sensitif terhadap lingkungan, dan kawasan lindung.