Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Perlambatan ekonomi global yang semakin nyata semakin membebani harga minyak. Analis Monex Investindo Futures, Dini Nurhadi Yasri menilai ini akan berimbas pada menurunnya permintaan dan harga tminyak.
Harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman April 2019 di New York Mercantile Exchange turun 1,04% ke level US$ 56,07 per barel.
Rilis data non-farm payrolls (NFP) AS menunjukan bahwa penambahan tenaga kerja AS hanya bertambah 20 ribu pekerja, di bawah ekspektasi 180 ribu pekerja. “Ini direspon negatif oleh pasar dan menambah tekanan untuk harga minyak,” kata Dini dalam risetnya, Jumat (8/3).
Sejak European Central Bank (ECB) memutuskan untuk bersikap dovish dan akan menahan tingkat suku bunga di angka 0,00%, outlook perlambatan ekonomi di Zona Euro semakin jelas dan dipandang mengkhawatirkan oleh pasar. Pasalnya, bank sentral dari kelompok 19 negara tersebut masih membutuhkan stimulus untuk bisa menopang perekonomiannya.
Sebelum ECB, China juga sudah memangkas angka pertumbuhan ekonominya yang hanya di angka 6% - 6,5%, yang merupakan angka terendah sejak 1990. Perlambatan ekonomi di China kerap menjadi katalis penggerak harga minyak.
Padahal Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan Rusia masih terus berkomitmen untuk terus memangkas angka produksinya sepanjang tahun 2018 untuk bisa menopang harga minyak. Tetapi, kondisi persediaan minyak di AS yang terus memperlihatkan penambahannya menjadi salah satu yang membuat harga minyak belum bisa menguat.