Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, pada hari Jumat (25/2) berkomitmen untuk memperluas cakupan sanksinya terhadap Rusia dengan menargetkan lembaga keuangan dan pihak lainnya yang terkait dengan ekspor peralatan militer.
Langkah Kishida ini diambil mengikuti langkah serupa yang diambil sekutunya, AS, sebagai bentuk respons atas invasi Rusia ke Ukraina.
Dalam konferensi pers hari Jumat, Kishida mengatakan akan mulai membidik lembaga keuangan dan individu Rusia dengan untuk dikenai sanksi baru. Jepang juga akan menghentikan ekspor barang keperluan militer seperti semikonduktor.
Kishida memastikan semua sanksi yang diambil tidak akan memberi dampak ekonomi untuk Jepang sendiri. Ia juga akan terus memastikan pasokan energi yang stabil.
"Sanksi ekonomi terhadap Rusia tidak akan secara langsung menghambat pasokan energi," kata Kishida, seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Zelenskiy: Saya Adalah Target Nomor Satu, Saya Akan Tinggal di Ibu Kota
Jepang, yang secara umum miskin akan sumber daya, kemungkinan besar akan merasakan dampak langsung dari krisis ini pada sektor sumber daya. Tanda-tanda yang mungkin akan segera terjadi adalah kenaikan harga bahan bakar.
Kishida mengatakan Jepang memiliki cadangan minyak mentah dan cadangan gas alam cari (LNG) yang cukup untuk sekitar dua hingga tiga minggu. Setelah ini pemerintah akan meningkatkan langkah-langkah untuk membendung kenaikan harga bahan bakar eceran.
Jepang saat ini menyatakan akan bergerak sejalan dengan anggota lain dari negara-negara Kelompok Tujuh (G7) dalam menentukan sikap terhadap Rusia. Jepang meyakini segala langkah yang diambil G7 akan membendung setiap agresi di Asia dan kawasan lain.
Sebelum ini, pada hari Rabu (23/2) Kishida juga mengumumkan sanksi yang melarang penerbitan obligasi Rusia di Jepang dan membekukan aset individu Rusia tertentu.