Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID -Â WASHINGTON. Sebanyak lima roket ditembakkan ke bandara internasional Kabul tetapi dicegat oleh sistem pertahanan rudal AS, saat Amerika Serikat mendekati penarikan penuh pasukannya dari ibu kota Afghanistan itu.
Pejabat AS, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan kepada Reuters, roket ditembakkan Senin (30/8) pagi waktu Kabul, meskipun tidak jelas apakah semuanya dijatuhkan oleh sistem pertahanan Amerika Serikat.
Laporan awal tidak menunjukkan ada korban dari pihak AS, tetapi informasi itu bisa berubah, menurut pejabat itu.
Sebelumnya pada Minggu (29/8), pasukan AS melancarkan serangan pesawat tak berawak di Kabul yang menargetkan seorang pembom bunuh diri di dalam kendaraan yang bertujuan untuk menyerang bandara.
Ada kekhawatiran yang meningkat, militan Negara Islam akan melancarkan serangan lebih lanjut ke bandara ketika pasukan AS bergegas untuk mengevakuasi warga Amerika yang tersisa dan warga Afghanistan yang berisiko, menjelang batas waktu 31 Agustus.
Baca Juga: Paus Fransiskus mengajak umat Kristen di seluruh dunia untuk mendoakan Afghanistan
Para pejabat telah memperingatkan di masa lalu bahwa militan ISIS-K ingin menargetkan bandara dengan roket. Tetapi, AS memiliki pengalaman dalam melawan roket semacam itu, terutama di Irak, dan telah memasang sistem pertahanan rudal.
"Kami tahu bahwa mereka (ISIS-K) ingin meluncurkan roket ke sana, jika mereka bisa," kata Jenderal Frank McKenzie, Kepala Komando Pusat AS, mengatakan kepada wartawan di Washington pekan lalu.
"Sekarang kami sebenarnya memiliki perlindungan yang cukup baik terhadap itu. Kami memiliki sistem anti-roket dan mortir kami," kata McKenzie.
Ada kekhawatiran yang lebih besar tentang pembom bunuh diri dan bom mobil yang menyerang bandara, setelah serangan bom bunuh diri pada Kamis (26/8) yang menewaskan sejumlah warga Afghanistan dan 13 tentara AS.
Pada Sabtu (28/8), Presiden AS Joe Biden mengatakan, situasi di lapangan tetap sangat berbahaya, dan para panglima militernya telah memberi tahu dia bahwa serangan militan lainnya sangat mungkin terjadi dalam 24-36 jam ke depan.