kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Pertumbuhan aktivitas manufaktur di ASEAN selama Januari 2019 melambat


Selasa, 05 Februari 2019 / 11:10 WIB
Pertumbuhan aktivitas manufaktur di ASEAN selama Januari 2019 melambat


Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku manufaktur ASEAN melaporkan penurunan aktivitas manufaktur di sepanjang bulan Januari 2019. Ini tecermin dalam laporan purchasing managers’ index (PMI) Manufaktur ASEAN dari Nikkei dan IHS Markit yang menunjukkan indeks turun ke posisi 49,7, dari sebelumnya di level 50,3 pada bulan Desember lalu.

Berdasarkan laporan Nikkei yang dikutip Senin (4/2), enam dari tujuh negara peserta survei ASEAN melaporkan penurunan angka PMI di awal tahun ini.

Filipina mencatat PMI tertinggi yakni 52,3 namun ekspansi output menurun dibanding bulan Desember. Vietnam dan Myanmar juga mengalami penurunan perbaikan di keseluruhan kondisi operasional, sehingga menempatkan keduanya di peringkat kedua dengan indeks masing-masing 51,9. Vietnam bahkan mencatat penurunan permintaan baru sejak dua setengah tahun.

Thailand berada di peringkat keempat dengan indeks 50,2 yang cenderung tidak berubah dari sebelumnya. Pertumbuhan output Thailand bertahan di posisi sedang, namun permintaan baru pun tidak mengalami kenaikan. Sementara, Indonesia berada di peringkat kelima dengan penurunan indeks ke bawah level netral yaitu 49,9.

Malaysia menduduki posisi keenam dengan indeks 47,9 seiring dengan menurunnya kondisi operasional selama empat bulan berjalan. Di posisi terakhir, Singapura mencatat indeks 45,6 dengan penurunan substansial pada output dan permintaan baru.

"Negara-negara ASEAN berjuang keras pada awal tahun 2019 karena para pelaku manufaktur melihat penurunan permintaan baru dan pertumbuhan output bertahan di posisi sedang sejak Desember. Permintaan ekspor masih faktor utama yang membebani kinerja sektor karena ketegangan perdagangan di seluruh dunia menyebabkan permintaan menurun selama enam bulan berjalan," terang David Owen, Ekonom di IHS Markit, seperti dikutip Kontan.co.id, Senin (4/2).

Pertumbuhan output terus melambat di antara pelaku manufaktur ASEAN, menurun hingga posisi paling lemah kedua dalam 12 bulan, setelah bulan Oktober 2018. Indonesia, Malaysia, dan Singapura mencatat penurunan produksi, sedangkan Myanmar mencatat kenaikan paling cepat pada output.

Permintaan ekspor pun telah menurun selama enam bulan berturut-turut. Nikkei mencatat, hanya Thailand dan Vietnam yang terus mencatat kenaikan bisnis baru dari luar negeri.

Kendati kondisi bisnis secara keseluruhan lemah, tingkat sentimen positif terhadap perkiraan 12 bulan mendatang terpantau naik ke posisi tertinggi sejak bulan Mei lalu.

Menurut Nikkei secara umum, perusahaan mengharapkan permintaan baru akan naik dan pertumbuhan output semakin cepat pada tahun 2019. Filipina mencatat tingkat optimisme tertinggi, sementara Myanmar berada di posisi terendah.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×